Homo neanderthalensis hidup di Eropa dan sebagian kecil kawasan Asia Barat sebelum lenyap 30.000 tahun silam. Ratusan tahun silam diperkirakan nenek moyang Homo sapiens mulai melakukan migrasi, keluar dari Afrika menuju wilayah Eropa dan Asia, bertemu dan berinteraksi hingga mengalami admixture (percampuran) dengan Neandertal.
(Baca: Apakah Leluhur Manusia Modern Pernah Kawin dengan Neandertal?)
Pertanyaan besar lainnya adalah kapan manusia berpisah dari Neandertal dan bermigrasi. Rentang waktu penyebaran ini diyakini juga menentukan saat untuk kedua kelompok saling bertukar gen. Tersisa pula pertanyaan apa yang sesungguhnya menyebabkan Neandertal punah—dari sekian banyak teori dan gagasan?
Ed juga menelaah, guna analisis lebih lanjut, lewat membandingkan susunan gen dari ras dari manusia modern non-Afrika dan Afrika. Perbandingan antara populasi di Prancis, suku Han, dan Papua di luar Afrika, serta suku Yoruba dan San di Afrika, memperlihatkan kontribusi genetik Neandertal sekitar 2-4 persen dapat ditemukan pada gen manusia sekarang non-Afrika atau, secara spesifik, orang Eurasia.
"Selain itu juga, bukti percampuran manusia purba disinyalir pada populasi pigmi di Afrika. Berbagai temuan ini menggambarkan betapa kompleksnya evolusi manusia modern, yang melibatkan sejumlah kejadian percampuran dengan manusia purba," ujar Ed.
Tentunya belum berakhir perjalanan melacak jejak moyang manusia modern. Lantas berapa banyak lagi kepingan yang masih belum terkumpul? Peneliti takkan berhenti melacak dan tidak putus-putusnya mencari bukti penguat.
Ed sendiri mengatakan, ia akan melakukan investigasi lebih mendalam tentang apa yang membuat manusia modern unik. "Karena saya berpikir; pada suatu waktu di masa lalu, kita pernah berbagi Bumi dengan spesies hominin lain, yang mungkin berasal dari leluhur yang sama. Bagaimanakah kita saling berinteraksi?"
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR