Puluhan ribu nelayan Banyuwangi, Jawa Timur, akan terancam jika laut Banyuwangi tercemar tambang emas Tambang Pitu. Hal itu dikatakan Rosdi Bahtiar Martadi, Humas Banyuwangi’s Forum For Environmental Learning (Baffel).
Menurut Rosdi, ada sekitar 22.955 nelayan di Banyuwangi yang mengandalkan kekayaan laut sebagai mata pencaharian.
"Jika asumsinya seorang nelayan memiliki seorang istri dan 2 orang anak, maka artinya tambang emas Tumpang Pitu merupakan ancaman bagi 91.820 warga Banyuwangi yang menggantungkan hidup pada laut. Angka tersebut bisa membengkak jika ratusan buruh industri perikanan juga dihitung," jelasnya, pada Senin (02/12).
Selain itu Baffel juga memprotes insiden pencegatan aktivisnya oleh aparat keamanan saat konsultasi publik analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) tambang Tumpang Pitu pada 26 November yang lalu.
"Saat itu aktivis kami yang bernama Rully Fauzi Latif dicegat sekitar 10-15 aparat gabungan TNI dan Kepolisian Resort Banyuwangi serta satuan pengamanan perkebunan saat akan mengikuti konsultasi publik yang dilaksanakan di perkebunan Sungai Lembu. Alasannya adalah karena tidak punya undangan. Padahal seharusnya, konsultasi publik terbuka bagi masyarakat secara umum. Bukan tertutup, bahkan juga bagi wartawan," jelasnya.
Aksi protes protes tesebut mereka lakukan dengan menggelar spanduk bertuliskan "Tambang Emas Membunuh Laut Banyuwangi", sepanjang 10 meter di Pantai Cacalan, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro yang juga dikemas dalam diskusi lingkungan oleh puluhan aktivis Baffel.
"Aksi ini sebagai luapan kekecewaan kami. Kami bukan manusia yang anti pembangunan, tetapi pembangunanan yang baik tidak seharusnya membunuh laut Banyuwangi", tegasnya.
Menurut Rosdi, seharusnya Pemkab Banyuwangi lebih berpihak kepada potensi perikanan laut dari pada tambang emas yang tidak dapat diperbarui. Potensi perikanan laut tidak hanya berkelanjutan tetapi juga menobatkan Banyuwangi sebagai salah satu pelabuhan ikan terbesar di Indonesia. "Jika laut tercemar, maka identitas itu hanya tinggal sejarah," pungkasnya.
Sementara itu, Menteri Kehutanan sudah mengeluarkan surat izin untuk alih fungsi hutan lindung di Gunung Tumpang menjadi hutan produksi seluas 1.900 hektare. Surat tersebut telah turun di November 2013.
Rencananya PT Bumi Suksesindo (BSI) akan memulai produksi penambangan emas pada tahun 2016. Diperkirakan Gunung Tumpang Pitu yang berada di Kecamatan Pesanggaran-Banyuwangi menghasilkan ssekitar 2,7 ton emas per tahun.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR