Seorang wanita melaporkan bahwa suaminya melakukan "seks yang tidak wajar" dan memperkosanya dengan benda-benda aneh.
Hakim mengatakan bahwa pria itu dapat diadili karena kasus “Hubungan seks yang tidak wajar”, tetapi harus membebaskannya dari pelanggaran pemerkosaan yang jauh lebih serius karena hukum negara India tidak mengakui pemerkosaan dalam perkawinan.
Keputusan pengadilan itu menuai kemarahan di media sosial, termasuk dari peneliti gender Kota Neelima. Mereka bertanya, "Kapan pengadilan akan mempertimbangkan cerita dari sisi seorang perempuan?"
Banyak yang menanggapi cuitannya dengan mengatakan undang-undang pemerkosaan itu sudah kuno dan harus diubah, tetapi ada banyak suara yang bertentangan juga.
Seseorang bertanya-tanya, "Istri macam apa yang akan mengeluh tentang pemerkosaan dalam pernikahan?"; sementara yang lain mengatakan "Pasti ada yang salah dengan karakternya"; berikutnya ada yang mengatakan "Hanya seorang istri yang tidak memahami tugasnya yang akan membuat klaim seperti itu."
Bukan hanya di media sosial, topik perkosaan dalam perkawinan ini tampaknya juga telah memecah belah peradilan. Beberapa minggu yang lalu, pengadilan tinggi di negara bagian selatan Kerala memutuskan bahwa pemerkosaan dalam pernikahan adalah "dasar yang baik" untuk mengajukan perceraian.
"Sikap tidak bermoral suami yang mengabaikan otonomi seorang istri adalah pemerkosaan dalam perkawinan, meskipun tindakan tersebut tidak dapat dihukum, itu termasuk dalam kerangka kekejaman fisik dan mental," demikian Hakim A Muhamed Mustaque dan Kauser Edappagath mengatakan.
Keduanya menjelaskan bahwa perkosaan dalam perkawinan terjadi ketika sang suami percaya bahwa ia memiliki tubuh istrinya. Mereka menambahkan, "Gagasan seperti itu tidak memiliki tempat dalam yurisprudensi sosial modern."
Source | : | indianexpress.com,BBC |
Penulis | : | Agnes Angelros Nevio |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR