"Masih dalam umurnya, tentu kita maunya lebih genjah (cepat panen), batangnya pendek juga tahan hama, kita masih terus teliti."
Ita dan kawan-kawan boleh berbangga karena dari 20 varietas yang dikembangkan seluruhnya telah ditanam di berbagai lokasi di Indonesia.
Atau setidaknya, itu yang diklaim Sofrizal.
Ia mengakui banyak petani yang masih alergi mendengar istilah 'padi nuklir' meski BATAN menjamin keamanan produk pertanian hasil penelitiannya.
"Yang kita lakukan adalah memanfaatkan iradiasi untuk pemuliaan tanaman. Itu hanya pada generasi pertama.
"Sedangkan pengembangan ini dilakukan selama belasan bahkan puluhan generasi, sehingga sisa radiasinya itu sudah sama sekali tak ada," seru Sofrizal.
Menurut peneliti asli Sumatera ini kebanyakan orang masih mencampuradukkan pengertian teknik iradiasi dengan rekayasa genetika (GMO) untuk bibit transgenik.
"Itu sama sekali berbeda," tegas Sofrizal.
Selain untuk padi, teknologi nuklir juga dikembangkan untuk kedelai, kapas, sorgum, dan sejumlah tanaman lain termasuk buah dan palawija.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR