Masakan belut, bagi sebagian orang, termasuk jenis makanan yang dijauhi. Bentuknya yang mirip ular sering membuat orang "tidak tega" memakannya. Tapi coba mampir ke warung Spesial Belut Surabaya (SBS), lalu pesan satu porsi belut, dijamin Anda akan berubah pikiran.
Warung ini cukup populer di Surabaya, sampai para pembeli bersedia menempuh jarak jauh demi mendapatkannya. Padahal lokasi warung lumayan sulit dicari.
Warung SBS berada di sebuah gang kecil di Jl. Banyu Urip Kidul lV/39, daerah Surabaya Barat. Daerah ini dikenal warga setempat sebagai Bok Abang karena memang berada tak jauh dari bok (jembatan pembatas) yang bercat merah (abang).
Walaupun lokasinya cukup sulit dicari, setiap malam warung ini tak pernah sepi pembeli. Karena tempatnya tidak terlalu luas, banyak pembeli harus berdiri menunggu giliran untuk dilayani.
Pemilik warung ini, Pak Poer (H. Joko Poerwono), menuturkan, ia membuka warung belut pada mulanya hanya karena ingin membuat warung yang beda. Di awal-awal buka di tahun 1985, dalam sehari Pak Poer hanya bisa menjual 1 kg belut. "Sekarang setiap hari bisa habis 60 kilogram belut," katanya sumringah.
Untuk suplai belut sebanyak itu, ia mengandalkan pasokan dari banyak daerah antara lain dari Madura Gresik, Lamongan, dan Benowo.
Dulu menu yang dijual hanya gorengan belut biasa ditambah sambal dan lalapan. Sekarang menunya bervariasi, di antaranya Pecel Belut Kering, Pecel Belut Basah, Pecel Belut Elek, Belut Saos Inggris. Bahkan tersedia juga menu nonbelut seperti lele dan burung dara.
Dari banyak menu itu, yang paling banyak dicari pembeli adalah Belut Elek ("elek" berasal dari bahasa Jawa yang artinya "jelek"). Uniknya, kata Pak Poer, Belut Elek yang berupa belut goreng setengah matang ini resepnya ia temukan secara tidak sengaja. Waktu itu ia sedang menggoreng belut terakhir karena warungnya hendak tutup. Saat belut belum garing betul, gas kompornya habis.
Akhirnya, belut setengah matang itu diberikan kepada pembeli secara gratis. Ternyata mereka bilang rasanya enak. Meskipun hanya digoreng setengah matang, belut sama sekali tidak amis. Bentuknya memang tidak menarik, tapi rasanya jangan ditanya.
"Dagingnya lembut, gurih, manis. Belutnya juga enak, masih setengah basah," ujar Fahmi, seorang pelanggan.
Tapi kalau ragu menyantap belut setengah matang, Anda bisa pesan belut goreng kering. "Meskipun luarnya garing, dagingnya tetap lembut, bawang putihnya terasa sekali," tutur Prayogi, pelanggan lain.
Satu porsi nasi Belut Elek, baik yang goreng basah atau goreng kering, dibanderol Rp14.000,-. Sambal tersedia dalam tiga pilihan: pedas, sedang, dan tidak pedas. Sambal selalu dibuat baru, diulek langsung begitu pembeli memesan. Fresh from the cobek.
Yang unik, jika pembeli menginginkan belut dibungkus untuk dibawa pulang, cobek untuk sambal boleh sekalian dibawa pulang. Cobeknya gratis.
Ide tersebut muncul setelah ada seorang pelanggan protes. "Kalau saya makan di sini, rasanya enak. Tapi kalau dibawa pulang, kok rasanya jadi beda," kata Poer menirukan protes pelanggan itu.
"Daripada saya dituduh pakai dukun, mendingan cobeknya saya kasih sekalian," canda Pak Poer sambil ketawa.
Satu hal yang harus diingat, jangan ke sini tanggal 10, 20, 30 sebab depot tutup pada tanggal itu. Pernah ada pembeli yang menyangka ini berkaitan dengan perkara mistik.
"Dulu warung tutup tiap hari Senin, tapi saya juga dituduh pakai dukun. Jadi, biar gampang diingat, saya pilih libur tanggal 10, 20, 30," jelas pria yang suka guyon ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Deliusno |
KOMENTAR