Namun, induk lemur "masih ditemukan mengekspresikan kesedihan melalui perilaku lain, seperti kembali ke mayat atau memberikan panggilan kontak antara induk-anak," kata Fernández-Fueyo.
Pada spesies yang enggan menyerahkan bayinya yang sudah mati, pengangkutan mayat dapat terjadi karena penyebab kematian bayi tidak terlihat jelas (misalnya, ketika bayi meninggal karena penyakit, bukan karena cedera traumatis), atau ketika induk masih muda dan memiliki lebih sedikit pengalaman langsung dengan kematian dibandingkan dengan betina yang lebih tua, menurut penelitian tersebut.
Dan lamanya waktu induk-induk tersebut membawa mayat dapat menunjukkan kekuatan hubungan emosional antara induk dan bayi, kata para peneliti menyarankan dalam laporan studi terserbut.
"Diketahui bahwa ikatan induk-bayi diatur oleh emosi pada primata - misalnya, pemisahan induk dari bayi hidup menyebabkan kecemasan pada induknya," kata Fernández-Fueyo.
Baca Juga: Demi Selamatkan Bayinya, Induk Posum Rela Bertarung Melawan Piton
Dengan kata lain, kecemasan akan perpisahan bisa menjadi pemicu untuk membawa mayat bayi pada primata, dan itu bisa menjelaskan mengapa mayat bayi yang sangat muda dan tidak disapih biasanya dibawa lebih lama daripada bayi yang lebih tua, menurut para ilmuwan dalam studi tersebut.
Faktanya, beberapa induk primata yang menggendong bayinya yang meninggal akan memberikan alarm panggilan —tanda stres— jika mereka kehilangan mayat bayi mereka atau jika mayat itu diambil dari mereka.
Menurut Fernández-Fueyo, hal ini "menunjukkan bahwa membawa mayat mungkin merupakan cara untuk mengatasi stres terkait dengan kehilangan itu."
Laporan studi yang dikerjakan Fernández-Fueyo dan rekan-rekannya ini telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences pada 15 September 2021.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR