Tim peneliti saat ini sedang melakukan penggalian di Hammerschmiede di bawah pimpinan Profesor Madelaine Böhme dari Senckenberg Center for Human Evolution and Palaeoenvironment di University of Tübingen. Mereka telah berhasil memulihkan lebih dari 130 spesies vertebrata yang punah dari endapan sungai yang dihubungkan dengan Guenz Kuno. Banyak dari spesies ini telah beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya baik di dalam ataupun di sekitar air.
Namun, temuan spesies berang-berang Wisnu di wilayah Bavaria merupakan hal yang tak terduga. Sebab, telah diketahui bahwa genus dari spesies ini sebelumnya hanya berasal dari daerah luar Eropa saja.
Satu dari enam spesies mamalia pemangsa saat ini hidup di wilayah perairan, baik di laut, seperti anjing laut, ataupun di air tawar, seperti berang-berang. Dalam sejarah evolusi, dari sejumlah 13 spesies berang-berang saat ini masih belum banyak diketahui. Salah satunya adalah berang-berang Wisnu. Berang-berang ini merupakan predator berukuran sedang yang memiliki bobot 10 hingga 15 kilogram. Spesies ini pertama kali ditemukan di kaki pegunungan Himalaya. Mereka pernah hidup sekitar 14 hingga 12,5 juta tahun yang lalu mendiami wilayah sungai-sungai besar di Asia Selatan.
Baca Juga: Spesies Berang-berang Raksasa yang Dianggap Sudah Punah Muncul Kembali
“Penemuan terbaru ini menunjukkan bahwa berang-berang Wisnu mencapai Afrika Timur sekitar 12 juta tahun yang lalu,” kata Dr. Nikolaos Kargopoulos, ahli paleontologi dari Departemen Geosains di Eberhard Karls University of Tübingen, dan rekan-rekannya, seperti yang dilaporkan oleh Sci News.
“Penemuan ini adalah bukti pertama bahwa mereka juga terjadi di Eropa – kemungkinan telah menyebar dari India ke seluruh Dunia Lama.” tutur Kargopoulos.
Ia juga menambahkan, “Penyebarannya yang sangat besar lebih dari 6.000 km melintasi tiga benua dimungkinkan oleh situasi geografis 12 juta tahun yang lalu.”
Pegunungan yang baru terbentuk dari Pegunungan Alpen di barat hingga Pegunungan Elbrus Iran di timur telah memisahkan cekungan laut besar dari Samudra Tethys, yang merupakan cikal bakal dari Laut Tengah dan Samudra Hindia. Kondisi ini juga telah menciptakan Paratethys, yaitu perairan Eurasia yang luas membentang dari Wina hingga melampaui Laut Aral saat ini di Kazakhstan. Pada 12 juta tahun yang lalu, ia hanya memiliki hubungan sempit dengan Samudra Hindia, yang disebut Selat Araks di wilayah Armenia modern.
Baca Juga: Terakhir Muncul pada 1980-an, Spesies Berang-berang Ini Muncul Lagi
“Kami berasumsi bahwa Vishnuonyx neptuni mengikuti hubungan ini ke barat dan mencapai Jerman selatan, Guenz Kuno, dan Hammerschmiede melalui delta yang muncul dari Danube Kuno di sebelah barat yang sekarang menjadi kota Wina.” kata Kargopoulos.
Dengan menggunakan metode tomografi komputer, para ilmuwan juga memvisualisasikan detail paling halus dalam struktur gigi fosil. Tampak ujung yang terlihat runcing, bagian seperti pisau pemotong, dan area penggilingan yang terbatas, menunjukkan bahwa diet makanan yang utama didasarkan pada ikan.
“Kami menyimpulkan bahwa Vishnuonyx neptuni memiliki selera makan terutama pada ikan dan lebih sedikit pada bivalvia atau bahan tanaman, menyerupai berang-berang raksasa hidup Pteronura brasiliensis.” ujar Kargopoulos.
Secara ekologis, berang-berang Wisnu Neptunus ini lebih mirip dengan berang-berang Eurasia daripada berang-berang laut Pasifik ataupun berang-berang tanpa cakar Afrika dan Asia. Kedua kelompok ini lebih memilih krustasea atau kerang daripada ikan dalam menu makanan mereka.
Baca Juga: Scenopinus jerei, Spesies Baru Lalat Jendela Ditemukan di Finlandia
Source | : | sci-news.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR