Di desa Karanganyar yang berlokasi dekat dengan candi Borobudur di kabupaten Magelang Jawa Tengah telah diresmikan Galeri Komunitas antara lain, berupa pengembangan keramik oleh warga.
Pembangunan galeri yang dibantu UNESCO dan pemerintah Australia tersebut sebagai upaya merevitalisasi masyarakat yang tinggal di sekitar candi Borobudur melalui industri kreatif dan pariwisata warisan budaya.
Tujuan dibangunnya galeri untuk warga sekitar pusat wisata budaya Candi Borobudur tersebut adalah untuk mendukung tumbuhnya pariwisata warisan budaya berbasis masyarakat yang pada akhirnya membantu meningkatkan kesejahteraan warga sekitar monumen Buddha terbesar di dunia tersebut.
Selesai meresmikan Galeri Komunitas desa Karanganyar hari Rabu (14/5), Wakil Menteri bidang Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Profesor Wiendu Nuryanti mengatakan, selayaknya warga di sekitar warisan budaya yang dikunjungi banyak wisatawan seperti Borobudur bisa menikmati dampak positif dari kunjungan wisatawan.
Desa Karanganyar sendiri selama ini dikenal sebagai penghasil gerabah yang sudah dikembangkan oleh 10 generasi. Saat penggalian candi Borobudur juga ditemukan gebahan yang diduga buatan Karanganyar.
"Kalau kita mampu menumbuhkan kembali, niscaya ya bahwasanya keterkaitan antara heritage (warisan budaya) dengan kesejahteraan masyarakat itu memang sudah selayaknya gitu. Adalah tidak benar kalau kita hidup di sekitar candi Budha terbesar di dunia dengan kunjungan berjuta wisatawan penduduknya miskin di sekitarnya. Saya kira itu ada sesuatu yang sangat salah dan itu (kesejahteraan warga sekitar, red.) yang akan ditumbuhkan," kata Wiendu Nuryanti.
Data menunjukkan, sebanyak 2,8 juta wisatawan nusantara dan 186-ribu wisatawan mancanegara mengunjungi candi Borobudur pada tahun 2012. Wakil Direktur UNESCO di Jakarta, Shahbaz Khan menyayangkan jika potensi wisata warisan budaya tersebut kurang memberi manfaat kesejahteraan warga sekitarnya.
Shahbaz mengatakan, "Saya berharap galeri ini nantinya bukan hanya untuk warga desa ini, tetapi akan menjadi bagian dari sebuah jaringan. Borobudur sendiri dikunjungi begitu banyak turis tetapi sayangnya warga sekitar masih kurang mendapatkanbanyak manfaat. Karena itu kita harus bekerja keras untuk memastikan ini bermanfaat bagi warga, dan saya yakin nanti akan semakin banyak orang berkunjung ke desa ini juga."
Sementara, James Gilling, Menteri Kerjasama Bidang Pembangunan, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Kedutaan Australia di Jakarta menyebutkan, pemerintahnya telah memberikan bantuan modal pengembangan Galeri Komunitas sebesar 250-ribu dolar Australia. Selanjutnya pihaknya masih ingin membantu pelatihan dan pemasaran produk yang dihasilkan warga.
"Bantuan dana dari kami hanya untuk memulai pengembangan usaha di desa ini, dan untuk pengembangan selanjutnya diserahkan kepada warga desa sendiri. Jadi, bantuan dari pemerintah Australia sebagai modal awal lalu masyarakat setempat bertanggung jawab untuk mengembangkannya," papar James.
Supoyo, warga Karanganyar yang selama 10 tahun terakhir mengembangkan industri gerabah dari orangtuanya, berharap sentuhan teknologi dan pelatihan untuk meningkatkan produk keramik yang dihasilkan warga bisa membantu meningkatkan taraf hidup mereka. Apalagi disain produk yang sekarang berupa barang fungsional yang digunakan orang dari berbagai bangsa, seperti mug, mangkok dan produk cinderamata.
"Harapan kedepannya kita bisa terangkat untuk ekonominya, dan bisa berkelanjutan. Perbedaannya sangat jauh karena yang saya geluti sebelum ini modelnya begitu lain. (Kalau sebelumnya kami membuat) peralatan rumah tangga seperti yang dipakai masyarakat pada zaman dulu tetapi kalau yang sekarang produknya lebih mendunia," harap Supoyo.
Pada peresmian Galeri Komunitas di dusun Nglepoh desa Karanganyar tersebut camat Borobudur Cahyadi Pribadi membagikan peta potensi 20 desa yang ada di wilayahnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR