"Kami sering kali tidur di atas jam 2 pagi dan pada malam hari, bersama ayah saya, kami habiskan waktu di meja tatah. Tanpa bicara apapun. Hanya menatah," kata Sujoko.
Diundang UNESCO
Salah satu generasi pengrajin wayang adalah Dwi Sunaryo, yang menurutnya telah berjalan sampai 20 generasi sampai anaknya, Bambang Riyadi.
Bambang Riyadi diundang UNECSO ke Cina November lalu untuk mengikuti pameran kerajinan dan budaya. Ia meraih medali emas dari penyelenggara.
Produksi pengrajin desa ini digunakan oleh sejumlah dalang terkenal, kata Fiona.
Dari sekitar 100 turis yang datang ke Kepuhsari, sekitar setengah di antaranya adalah pengunjung dari mancanegara, sebagian besar dari Eropa, kata Fiona.
"Walaupun potensinya sangat besar, mereka tidak bisa menopang kehidupan dari kerajinan ini, karena penggemar wayang yang terbatas dan juga minat orang yang terus berkurang," tambahnya.
Pengunjung desa wisata ini dapat ikut mencoba menatah dan mewarnai wayang serta menyaksikan pertunjukan wayang sambil menikmati hidangan khas desa.
"Yang jelas, selain untuk menarik turis asing, kami juga ingin mengajak anak-anak muda Indonesia menikmati kekayaan budaya, termasuk wayang," kata Fiona.
"Desa wayang ini merupakan proyek pertama kami dan kami berharap akan terbentuk banyak desa lain di seluruh Indonesia yang juga mengangkat berbagai budaya dan tradisi," tambahnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR