Selama ini kita hanya mendapat kabar penebangan liar, kebakaran hutan, dan perusakan hutan yang ada di Indonesia, bahkan dunia. Lalu, bagaimana kita tahu sebuah hutan sedang dalam ancaman kerusakan? Jawabannya ada pada situs web terbaru yang diprakarsai oleh Google, The World Resources Institute, dan 40 mitra. Sesuai dengan namanya, Global Forest Watch, pengunjungnya dapat memonitori perkembangan ekosistem hutan di setiap negaranya.
Situs yang dibuka untuk umum ini bebas di akses oleh siapapun dan di mana pun, selagi terhubung dengan koneksi internet. Situs ini memberikan informasi berupa area hutan dengan tanda-tanda yang sudah atau akan rusak. Ketika mengunjungi lamannya, kita harus memilih potongan peta sesuai negara yang kita ingin lihat perkembangan hutannya.
Tidak hanya hutan yang menjadi kosentrasinya, data-data ini meliputi perusakan hutan, konservasi alam, spot-spot yang memiliki keaneka ragaman hayati, pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan hutan kayu serat. Data yang terhimpun rinci dan bisa dilihat ataupun di unggah melalui negara yang dipilih.
Global Forest Watch memberikan data terbaru setipa bulannya. Bahkan bagi pengunjung yang berlangganan, akan mendapatkan email berupa tanda bagi kerusakan di area yang spesifik. Situs ini mendapat akses dari satelit NASA yang memberikan 700.000 gambar perkumaan bumi dan juga melalui perangkat Google.
"Kami menngunakan satu juta CPU dalam 10.000 komputer paralel untuk mengakses mengubah dan membuat karakteristik hutan dari model buatan Dr. Hansen. Akan membutuhkan waktu 15 tahun, hanya dengan satu komputer untuk menganalisis bagian yang kami sempurnakan dengan menggunakan sistem pencarian Google Earth," jelas Rebecca Moore, Engineering Manager Google Earth Outreach and Earth Engine.
Penulis | : | |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR