Pada 23 Mei lalu, sebuah proyek merevitalisasi terumbu karang, yakni ARTificial Reef Park, dilakukan di destinasi populer Pantai Senggigi, Lombok.
Terumbu karang mati di bawah laut perairan pantai Senggigi, Lombok, beroleh "kehidupan baru" lewat karya tangan dingin seniman Teguh Ostenrik.
Mengunjungi Lombok pertama pada 1984, ia mengingat Pantai Senggigi sebagai habitat bagi udang dan cumi-cumi. "Saya menyelam di tempat ini selama bertahun-tahun; menemukan udang dan cumi-cumi dan lobster berkelimpahan," tutur Teguh Ostenrik.
"Tetapi ketika saya beberapa tahun absen mengunjunginya karena saya sedang tinggal di Eropa sepuluh tahun, dan saya kembali, mendapati karang sudah berubah menjadi padang pasir tak bernyawa."
Ia terinspirasi untuk mewujudkan suatu proyek seni untuk berupaya menghidupkan kembali karang sebagai habitat bagi para penghuni sebagaimana dulu adanya.
Konsep dari proyek ini adalah untuk menjadikan karya patung sebagai media pertumbuhan koral atau terumbu. Untuk itu, patung dirancang dapat memperbaiki atau mengembalikan dengan bantuan teknologi "Biorock" atau seament.
Ostenrik memanfaatkan besi baja dari bahan-bahan sisa yang didaur ulang dalam mengkreasi patung setinggi dua meter. Sejumlah baja juga disumbangkan para sponsor, termasuk perusahaan tambang, yang ikut berminat.
Lalu, patung direncanakan berlabuh ke reruntuhan karang, serta terhubung ke arus listrik tegangan rendah yang dihasilkan oleh panel surya terapung. Melalui proses ilmiah yang revolusioner, elektrifikasi, patung tersebut mampu mengurai mineral dalam air laut menjadi Biorock.
Sang seniman sendiri menyebut instalasi seni ini taman karang "Art-e-fish-al", sebuah galeri seni di lantai laut yang dapat dilihat tatkala snorkeling dan menyelam di antara kehidupan laut.
Pertama-tama tentu saja patung logam itu dicemplungkan ke bawah laut, dan dengan dialiri listrik, mendorong mineral berubah bentuk (terlarut) dan menempel.
Akhirnya, sesudah itu dilakukan transplantasi sejumlah fragmen karang yang hidup ke sana. (Lihat pula prosesnya dalam video berikut ini)
"Biorock amat mirip dengan bahan alami terumbu karang dapat menjadi tempat taman baru tumbuh, dengan tingkat pertumbuhan enam kali karang biasa," kata Delphine Robbe, seorang ahli khusus restorasi karang dari Gili Eco Trust, yang terlibat menjadi konsultan untuk proyek ini.
Kata Robbe, arus listrik menarik kehidupan laut. Namun kebanyakan karang buatan (artifisial) sudah terbukti tak berhasil, malahan berkarat dan mencemari laut. "Elektrifikasi adalah kuncinya. Dan hal ini benar-benar aman untuk perenang dan kehidupan laut," tambahnya.
Ostenrik mengatakan, potongan-potongan pertama karya seninya ini terletak di tepi pantai area restoran Quake, terletak sekitar pertengahan Pantai Senggigi. Agar proyek ini lebih berkembang lagi, ia tengah mencari seorang kurator yang bersedia membantunya menentukan potongan-potongan yang bisa melengkapi zona taman, dari para seniman lokal ataupun internasional.
Proyek pemulihan karang Biorock ada di seluruh dunia, dari Karibia sampai Samudera Hindia, dari Panama ke Papua New Guinea untuk Thailand dan Indonesia. Dua di antara proyek terbesar yang ada di Indonesia—adalah di Pemuteran dengan Karang Lestari serta di Gili Islands dengan Gili Eco Trust.
Di samping eco-friendly, ARTificial Reef Park menjadi daya tarik kunjungan wisata yang dapat memutar roda ekonomi dan memberi sumber nafkah bagi masyarakat sekitar.
Selain itu kehadiran ARTificial Reef Park diharapkan dapat mengurangi beban koral alami.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR