Nationalgeographic.co.id—Di manakah gerangan engkau, wahai Cleopatra? Tentu, dia dapat ditemukan di mana-mana—namanya tercantum pada mesin judi, papan permainan, penari eksotis, bahkan proyek pemantauan pencemaran Laut Mediterania.
Dia juga mengelilingi Matahari sebagai asteroid 216 Kleopatra. Acara “ritual mandi dan gaya hidup amoral” khas Cleopatra dirayakan dengan menjadi inspirasi lahirnya sebuah parfum. Wanita yang pernah menjabat sebagai firaun Mesir pamungkas, kini meracuni korbannya sebagai merek rokok paling populer di Timur Tengah.
Dengan julukan tak terlupakan ciptaan peneliti dan sastrawan Harold Bloom, Cleopatra adalah “selebritas pertama dunia.”
Artikel ini merupakan nukilan 'Berburu Firaun Terakhir' yang dikisahkan oleh Chip Brown untuk National Geographic.
Cleopatra VII lahir di Mesir, tetapi sebenarnya keturunan raja dan ratu Yunani yang telah memerintah Mesir selama hampir 300 tahun. Dinasti Ptolemaik dari Makedonia adalah salah satu dinasti paling gemerlap, yang terkenal bukan saja karena kekayaan dan kearifan mereka, melainkan juga karena perkawinan sedarah dan pembunuhan anggota keluarga.
Warisan terhebat dinasti ini adalah kota Alexandria itu sendiri, yang memiliki jalan raya selebar 32 meter, pilar-pilar dari batu gamping yang berkilauan, sejumlah istana dan kuil di tepi pantai yang dijaga oleh mercusuar yang menjulang, salah satu dari tujuh keajaiban dunia purba, di Pulau Pharos.
Cleopatra adalah sumber ilham yang tak pernah kering untuk menghasilkan karya seni. Selain buku biografi laris yang belum lama ini terbit, bisa ditambahkan—sejak 1540 hingga 1905—lima pertunjukan balet, 45 opera, dan 77 sandiwara. Dia membintangi sedikitnya tujuh film; dan versi berikutnya menampilkan Angelina Jolie.
Baca Juga: Riwayat Cleopatra dan Klub Peminum Rahasia 'Hati Tiada Banding'
Meskipun dia ada di mana-mana, Cleopatra juga sebetulnya tidak ada di mana pun. Tidak ada gambaran yang jelas tentang wajahnya. Gambar yang ada sekarang didasarkan pada siluetnya yang buruk rupa pada sejumlah koin. Terdapat relief yang tidak jelas setinggi enam meter di sebuah kuil di Dendera, dan sejumlah museum memajang beberapa patung pualam setengah badan, kebanyakan di antaranya bahkan mungkin bukanlah Cleopatra.
Para ahli sejarah purba memuji daya tariknya, bukan wajahnya. Jelas dia memiliki kemampuan untuk membangkitkan gairah dua pria Romawi yang perkasa: Julius Caesar yang bersama dia memiliki seorang anak lelaki; dan Marcus Antonius, yang menjadi kekasihnya selama lebih dari satu dasawarsa dan ayah tiga anak berikutnya.
Baca Juga: Arkeolog Menemukan Istana Megah Cleopatra, Ratu Mesir Yang Hilang
Namun, kecantikannya, kata ahli sejarah Yunani Plutarchus, bukanlah “kecantikan yang menyebabkan orang yang melihatnya terpukau; interaksi dengannya memang menawan hati, dan penampilannya, serta daya bujuknya dalam percakapan serta sifatnya dalam setiap percakapan, memang memesona. Suaranya juga merdu, ibarat alat musik berdawai banyak.”
Orang berupaya mencari makam Cleopatra sejak terakhir kali dia terlihat di mausoleum. Adegan kematiannya begitu legendaris, berhiaskan mahkota serta perhiasan dan jubah kerajaan yang anggun, setengah berbaring di atas dipan emas sebagaimana digambarkan oleh Plutarchus.
Setelah Caesar tewas terbunuh, ahli warisnya Octavianus berperang melawan Antonius untuk merebut kendali atas Kekaisaran Romawi selama lebih dari satu dasawarsa. Pasukan Octavianus memasuki Alexandria pada musim panas 30 SM. Cleopatra membentengi dirinya di balik pintu-pintu besar mausoleumnya, di antara tumpukan emas, perak, mutiara, benda seni, dan harta lainnya. Dia bersumpah akan membakar semuanya agar tidak jatuh ke tangan bangsa Romawi.
Ke musoleum itulah Antonius, yang tewas karena menikam diri sendiri dengan pedang, dibawa pada tanggal 1Agustus agar bisa mereguk anggur terakhir dan terkulai dalam pelukan Cleopatra.
Mungkin di musoleum itu pulalah, sekitar sepuluh hari setelah kematian Antonius, Cleopatra berhasil menghindarkan diri dari kekalahan dan penangkapan memalukan dengan bunuh diri pada usia 39 tahun, konon dengan bisa seekor ular. Ahli sejarah Romawi Dio Cassius mengemukakan bahwa tubuh Cleopatra dibalsem seperti tubuh Antonius, sementara Plutarchus mengatakan bahwa Ratu Mesir terakhir itu dimakamkan di samping kekasihnya, si pecundang asal Roma.
Enam belas abad kemudian, Shakespeare berujar: “Tidak ada makam di muka bumi yang sedemikian menyatu / sejoli yang masyhur.”
Baca Juga: Ilmuwan Buat Racikan Parfum Mesir Kuno Favorit Cleopatra, Seperti Apa?
Namun, kita tidak tahu di mana gerangan makam tersebut. Alexandria dan kawasan sekitarnya lebih menarik dibandingkan dengan situs purba yang lebih tua di sepanjang Sungai Nil, seperti piramid di Giza atau berbagai monumen di Luxor.
Dan memang tidak mengherankan: Gempa bumi, gelombang pasang, permukaan laut yang terus meninggi, daratan yang semakin melesak, perang saudara, dan daur ulang batu bata bangunan kuno secara serampangan telah menghancurkan bagian kota purba itu. Padahal, selama tiga abad Cleopatra dan leluhurnya tinggal di situ. Sebagian besar kemegahan Alexandria purba kini terbenam sekitar enam meter di bawah air.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR