Seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, mengantisipasi munculnya gerakan radikal negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Antisipasi tersebut dilakukan dengan memasukkan pemahaman ajaran Islam yang toleran, saling menghormati, dan menghargai nilai-nilai keberagaman suku, agama, ras, dan budaya, dalam kurikulum wajib di semua lembaga pendidikan.
"Dalam kurikulum kita, ada mata pelajaran wajib yang kita ajarkan yakni Islam Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja). Di mana, pola pikir yang diajarkan terutama untuk pemahamaan agama, yakni dengan cara mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli dengan kaum ekstrim naqli. Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik," kata M Syaeful Bahar, Ketua LP Maarif NU Bondowoso, Minggu (10/8).
Diharapkan kata dia, dengan cara berpikir seperti itu, kaum muda NU tidak mudah tergoyahkan dengan paham-paham keagaamaan baru, yang masuk ke Indonesia.
"Jadi memang akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan pemahaman agama Islam "impor" yang sangat radikal, jauh dari wajah Islam yang sesungguhnya. Islam yang menghargai sebuah perbedaan, Islam yang mengajarkan sikap toleransi, sikap saling menghormati, dan tidak memaksakan suatu kehendak. Untuk itu kita proteksi sejak dini, dengan memberikan pemahaman Islam, yang Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi semua manusia dan alam), bukan Islam garis keras," ujar alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid ini.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) LP Maarif NU Bondowoso, Daris Wibisono, membenarkan jika seluruh lembaga pendidikan di bawah LP Maarif NU sudah menerapkan pelajaran Aswaja dalam kegiatan belajar mengajar.
"Kami sudah mengajarkan mata pelajaran (Aswaja) di seluruh lembaga pendidikan kamu. Saat ini tercatat ada 32 lembaga pendidikan formal yang berdiri dibawah LP Maarif NU. Lembaga itu mulai dari tingkat SD hingga SMA," ucap dia.
Daris berharap, dengan mata pelajaran Aswaja yang diajarkan di seluruh lembaga pendidikan NU, seluruh peserta didiknya mampu berfikir luas, sehingga tidak mudah dimasuki dengan paham-paham Islam baru.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR