Indonesia menimba pengalaman dari Singapura dalam menerapkan konsep bangunan hijau atau lebih ramah lingkungan.
Hal itu ditunjukkan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara otoritas konstruksi dan bangunan Singapura dengan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia pada ajang Konferensi Internasional yang membahas Bangunan Hijau atau Ramah Lingkungan, pada Senin (1/9) di Singapura.
Selain dengan Indonesia, otoritas konstruksi dan bangunan Singapura itu menandatangani nota kesepahaman dengan otoritas konstruksi dari Tanzania dan Sri Lanka.
"Kami siap membagikan pengalaman," kata CEO Building and Construction Authority (BCA) John Keung Kam Yin, di sela konferensi yang mengundang lebih dari seribu peserta itu.
Singapura mulai menerapkan prinsip-prinsip bangunan hijau, terutama efisiensi energi, konservasi air, dan mutu lingkungan dalam ruangan sejak tahun 2005. Kini, setidaknya ada 2.100 proyek bangunan hijau atau setara dengan 62 juta meter persegi total dasaran (gross floor area/GFA) di Singapura. Itu sekitar 25 persen dari total luas GFA.
"Pencapaian yang sangat membanggakan. Kami dalam jalur yang benar menuju target 80 persen gedung di Singapura green pada 2030," kata Menteri Pembangunan Nasional Singapura Khaw Boon Wan. Kini, Singapura memiliki 1.000 tenaga terlatih terkait perencanaan, pembangunan, dan pengawasan proyek bangunan hijau.
Sekretaris Jenderal Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) Jimmy Sardjono Michael mengatakan, Indonesia perlu menimba pengalaman dari Singapura. Oleh karena, negara itu memiliki beberapa kesamaan dengan Indonesia secara iklim.
"Pengalaman mereka lebih baik, kita ambil yang sesuai dengan kondisi Indonesia," ujarnya.
Inkindo merupakan asosiasi perusahaan jasa konsultan bangunan dengan jumlah anggota terdaftar 7.000 perusahaan. Kerja sama dengan BCA akan diikuti sejumlah lokakarya dan simposium seputar bangunan hijau. Berbagi pengalaman dan keahlian, termasuk di antaranya menyusun kriteria dan persyaratan bangunan hijau.
"Secara nasional, Indonesia masih dalam tahap mengenali konsep green building. Singapura sudah menerapkannya," tutur Ketua Badan Konstruksi Berkelanjutan Nasional S Ipoeng Poernomo. Salah satu hal penting lain adalah keberadaan regulasi pemerintah seputar bangunan hijau yang hingga kini masih dalam pembahasan.
Secara khusus, terkait konferensi itu, dua tim dari Universitas Katolik Parahyangan memenangi kompetisi desain arsitektur tropis internasional bertema "Our Urban Green Home". Masing-masing desain Green Modular Housing System (Juara II) dan desain Kampong Pulo (Merit Award). Mereka bersaing dengan 68 desain yang berasal dari 13 negara.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR