Pada 1997, saya mencoba mendaki Tambora hingga puncaknya. Perjalanan yang bermula dari Desa Pancasila, di salah satu sudut Sumbawa itu memberikan kenangan berharga. Mulai dari kawan baru, pengalaman baru, hingga daftar puncak gunung yang berhasil didaki.
Yang saya sesali, saat terbang melintasinya, kawasan puncak Tambora tak terlampau terlihat dengan jelas. Gumpalan awan menutupinya. Foto yang ada di sini, rasanya tak terlalu pantas saya banggakan. Tetapi, tak ada salahnya saya bagikan, bukan?
Lantas, lepas dari Sumbawa apakah panorama gunung api telah usai?
Tidak. Saya justru terheran-heran dengan gunung soliter yang mencuat dari lautan. Di bagian pucuknya, asap putih membubung ke langit. Saya pun mencoba meminta bantuan audiens akun Twitter @NGIndonesia untuk mengidentifikasinya. Beberapa follower mencoba memberikan jawaban: Sangeangapi.
Gunung api Sangeangapi di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat. Gunung ini pada 30 Mei 2014 memuntahkan abu vulkanik yang sempat menyelimuti kota Labuan Bajo di Flores, Nusa Tenggara Timur. (Bayu Dwi Mardana)
Saya lantas berkorespondensi dengan kartografer National Geographic Indonesia, Sony Warsono (@SonyAlonso) untuk memastikan gambar gunung api itu. Dan, ia memberikan jawaban yang tak terbeda.
Gunung api Sangeangapi di berada di wilayah Bima, Nusa Tenggara Barat. Gunung ini sempat membuat repot para pejalan yang terlanjur berada di Labuan Bajo dan sekitarnya (termasuk yang baru pulang dari Pulau Komodo). Sebab, pada 30 Mei lalu, perut gunung ini memuntahkan abu vulkanik, yang membuat kota Labuan Bajo tertutupi materi itu. Penerbangan pun dibatalkan. (Kabar soal meletusnya gunung dapat dibaca di sini).
Buat saya, perjalanan udara dari Denpasar – Labuan Bajo – Ende ini banyak memberikan inspirasi geografi. Petualangan mata dan ingatan terhadap kemampuan ilmu bumi menjadi bumbu yang sedap–sekaligus mencerahkan.
Yang juga menarik, beragam nusa kecil selepas Bali itu menyuguhkan lanskap yang khas dan...indah! Tentunya, amatlah menarik apabila kita jelajahi melalui darat. Tak terbayangkan petualangan Sepasang penjelajah asal Amerika bertutur tentang Nusantara, yang tengah bertahan dan mencari jati diri sebagai sebuah bangsa. Penjelajahan tahun 1962 yang menyusuri Bali hingga Nusa Tenggara Timur itu memberikan kekayaan pengalaman batin yang tak terkira. Yang unik, mereka menempuhnya dengan mobil amfibi yang dirancang khusus untuk menyeberangi lautan dalam. (Kisah lengkapnya ada di sini).
Jadi, sebagai penjelajah, kita tak akan menyepelekan ilmu bumi dan geografi, kan?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR