Melintasi Selat Adonara dengan perahu motor siang itu, semangat jelajah saya melambung. Sejauh mata memandang, keindahan alam memanjakan indera penglihatan.
Saya dalam perjalanan menuju tempat kelahiran para pelaut ulung, Lamalera. Pelaut yang terkenal akan tradisi kuno, berburu mamalia laut raksasa, paus.
Setibanya saya di Lewoleba, saya segera mencari angkutan untuk mengantarkan saya ke daerah selatan Lembata. Akhirnya saya berhasil mendapatkan tempat di angkutan umum berupa truk yang disulap menjadi angkutan yang disebut bis oleh penduduk setempat.
Berisikan sekitar 40 orang, lengkap dengan hewan ternak seperti ayam dan babi, saya merasa perjalanan saya semakin menarik.
Kira-kira empat setengah jam kemudian, saya tiba di Lamalera. Hembusan angin yang terasa panas di sore itu, tidak menurunkan semangat saya untuk mengenal kehidupan unik para pelaut ulung ini.
Dengan kehangatan khas timur, Lois Beding menerima saya untuk tinggal di rumahnya selama kunjungan saya. Karena hari masih terang, iamengajak saya ke pantai untuk menikmati sore pertama saya di Lamalera. Bayangan akan pemandangan matahari terbenam di laut, mengenyahkan rasa penat yang saya rasakan setelah perjalanan panjang. Saya bergegas menyimpan barang bawaan saya dan mengikuti langkah....
Setibanya di pantai yang berjarak kira-kira 10 menit dari kediamanan Lois Beding, harapan saya untuk menikmati terbenamnya sang surya seketika lenyap. Saya dihadapkan oleh pemandangan yang sulit diungkapkan.Di pantai yang indah sore itu, tergolek enam ekor lumba-lumba hasil tangkapan para pelaut.
Rasa pilu menyergap saat melihat keenam ekor lumba-lumba yang menggemaskan itu tergolek tak berdaya, menyurutkan semangat jelajah.
Seketika saya rasanya ingin pulang. Seketika saya rasanya tak mampu meneruskan kunjungan saya di desa nelayan nan jelita ini. Walaupun saya tahu bahwa tradisi ini dilakukan murni untuk memenuhi kebutuhan, namun tetap berat rasanya melihat kenyataannya.
Namun sebuah bisikan dalam sanubari menahan saya, membuat saya membuka mata hati untuk melihat tak hanya dipermukaan, untuk tidak menghakimi dan untuk belajar lebih banyak tentang hidup dan keindahan warna yang tercipta dalam setiap detaknya.
Saya pun memutuskan untuk tinggal lebih lama dan mengenal lebih dekat kehidupan mereka.
Kebetulan saya datang pada masa berburu, yaitu antara bulan Mei hingga Oktober setiap tahunnya, saya pun diizinkan untuk ikut melaut, berburu mamalia laut raksasa esok hari.
Masih dalam tanda tanya besar atas alasan penghuni desa akan tradisi unik ini, saya bergabung dengan perahu para nelayan pagi itu. Acara melaut pagi itu mempertemukan saya dengan Pak Sanga.Seorang lamafa atau ahli berburu paus yang disegani di Lamalera.Lelaki berperawakan atletis, walaupun sudah berumur.Ia memimpin perburuan kami pagi ini. Diawali doa, kami memulai perburuan ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR