Ada pemandangan tak biasa di Sanggar Alam Sunyaragi, Situs Goa Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, pada Rabu (1/10).
Karya seni ukir, puluhan lukisan kaca, dan ratusan pernak pernik aksesoris khas cirebon yang biasa berjejer di atas meja depan sanggar alam kini tiada. Mereka dipindahkan sejenak ke dalam sanggar, dan digantikan oleh lima topeng khas cirebon raksasa.
Pada umumnya, lima topeng khas cirebon, Panji, Kelana, Samba, Rumyang, dan Patih, hanya berukuran sekitar 12x15 cm. Namun lima topeng karya seniman muda Cirebon ini berukuran sangat besar, yakni 1,25x1,5 m.
Secara bentuk dan karakter wajah, topeng raksasa itu tidak berbeda dengan aslinya. Hanya saja, seluruh bagian dan detail wajah, mata, hidung, mulut dan lainnya diperbesar hingga berukuran raksasa. Kelimanya, masing-masing memiliki ukuran lebar 1,25 meter dan panjang 1,5 meter.
Lima karya simbol dan ikon Cirebon itu merupakan hasil karya seniman muda Cirebon, bernama Dian Mulyadi. Bersama lima anak didik keseniannya, pria yang akrab disapa Dian itu membutuhkan 25 hari untuk menyelesaikan lima topeng raksasa.
“Sejak awal pemesanan, pembelian bahan, dan hingga finishing, kami menyelesaikan selama 25 hari. Itu kami anggap cukup cepat, dengan kualitas kerja ekstra, dan kehati-hatian yang ekstra,” kata pria kelahiran Cirebon, 19 Juli 1972 itu.
Soal bahan juga terbilang tradisional dan sederhana, Dian bersama anak didiknya menggunakan resin, cat, dan lainnya. Dengan bahan itu, mereka mengerjakan lima topeng raksasa itu dengan hasil yang menarik dan tetap kokoh.
Karyanya pun dikagumi dalam hingga luar negeri. Tak heran, jika seniman muda ini, berpengasilan Rp 60 juta hingga Rp 100 juta per bulan.
Karyanya pun dikagumi dalam hingga luar negeri. Jangan heran jika seniman muda ini berpengasilan Rp 60 juta hingga Rp 100 juta per bulan.
Dian menceritakan, awalnya ia didatangi seorang yang kerajingan terhadap simbol dan ikon Cirebon. Di beberapa wilayah Cirebon, orang tersebut tidak menemukan yang membuat topeng raksasa. Saat orang itu menawarkan ke Dian, ia pun langsung menyanggupi, dengan niat berkarya.
Namun, tidak sedikit seniman Cirebon yang mencibir keberanian Dian, dan banyak pula yang merendahkan, bahwa Dian tidak akan dapat menyelesaikan Topeng Raksasa itu.
“Ada saja yang bilang tidak enak, tapi perkataan itu, harus dinikmati, dan dijadikan pacuan. Saya bilang ke teman-teman ini sebuah tantangan berkesenian dan berkarya, kita harus bisa,” kata dia memotivasi seluruh anak didiknya.
Dian dan anak didiknya dengan keyakinan dan semangat terus berkarya, menyelesaikan topeng pesanan pecinta topeng khas cirebon itu. Dian pun membanderol harga lebih dari Rp 5.000.000 per topeng.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR