Dunia masih terus berjuang kendalikan Ebola. Apakah wabah Ebola yang merebak sejak beberapa bulan terakhir, bisa menjadi sebuah pandemi global sehebat AIDS?
Tom Frieden, Direktur Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berbicara di dalam sebuah pertemuan di Washington, D.C., Kamis (9/10), sudah membandingkan Ebola dengan AIDS. "Dalam 30 tahun saya bekerja di dunia kesehatan, satu-satunya hal yang seperti ini adalah AIDS," paparnya.
Dan, Frieden menekankan, diperlukan kerja keras mengatasi agar itu tidak sampai terjadi.
Menurut Amesh Adalja, dokter spesialis penyakit menular di University of Pittsburgh, dari virusnya—ebola dan HIV (Human Immunodeficiency Virus, penyebab AIDS) memiliki sejumlah kesamaan. Keduanya sama-sama menyebar lewat darah dan cairan tubuh lainnya, sama-sama punya tingkat kematian tinggi, dan sama-sama muncul pertama kali di Afrika sedangkan para peneliti belum berhasil mengembangkan vaksinnya.
Cara penularan dan skenario terburuk
Namun juga, ada sejumlah perbedaan besar antara Ebola dan AIDS. Beberapa ahli mengatakan beberapa faktor akan menghambat infeksi Ebola menyebar luas seperti AIDS. Salah satunya fakta bahwa si virus ebola tidak memiliki masa laten.
"HIV memiliki suatu masa laten panjang di mana gejala penyakit tak kelihatan sehingga orang-orang [yang terkena HIV] dapat menularkan virus itu, misalnya melalui hubungan seksual atau sharing jarum suntik. Bertolak belakang dengan virus ebola, yang tidak akan menyebar dari orang-orang yang belum sakit," ujar Adalja.
Bruce Hirsch, pakar penyakit menular di North Shore University Hospital, New York, setuju dengan hal ini. "Saya tidak yakin Ebola berpotensi menjadi penyakit AIDS yang berikut untuk dunia," kata Hirsch seraya menegaskan, meski Ebola memang pembunuh yang cepat, tapi itu pun berarti wabah akan berakhir dengan sendirinya.
"Di samping teror, cepatnya kematian akibat Ebola memberikan keuntungan dari sisi langkah pengendalian virus," Hirsch berkata.
Proyeksi skenario terburuk Ebola adalah 1,4 juta penduduk Liberia dan Sierra Leone tertular dalam empat bulan, demikian dilansir dalam laporan CDC.
Maka sangat penting mengantisipasi perkiraan skenario terburuk itu. Tak hanya karena angka kematian tertinggi bisa menjadi satu tragedi lagi dalam riwayat sejarah umat manusia, tapi juga karena wabah tak terkontrol menempatkan semua tanpa terkecuali dalam risiko. "Kita semua terhubung. Tidak ada seorang pun di antara kita yang aman dari Ebola sampai semua orang di dunia aman pula," kata Hirsch.
Selidik Ilmiah: Kejadian Langka, Kenapa Ikan Anglerfish Naik ke Permukaan Laut?
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR