Malam itu Piotr Naskrecki berjalan di sekitaran hutan hujan di Guyana. Ketika berjalan tak sengaja pria ini mendengar suara dan sesuatu menggerayangi kakinya.
Ia pun mengarahkan sinar senter miliknya ke bawah kaki. Naskrecki mengira mamalia kecil atau sebangsa tikus.
“Ketika mengarahkan senter, saya tidak tahu hewan apakah yang menggerayangi kaki,” papar Naskrecki, ahli entomologi dan fotografer Museum of Comparative Zoology di Harvard University.
Theraphosa blondi, dinobatkan sebagai tarantula terbesar oleh Guinness World Records, panjangnya hingga 30 centimeter. Naskrecki mengibaratkan bahwa panjangnya tarantula ini bahkan sepanjang lengan anak kecil.
T. blondi betina mampu bertelur antara 50 hingga 150 telur dalam kantung raksasa berukuran lebih dari satu inci. Telur-telur itu ditutupi rambut sehingga terjaga dari ancaman predator.
Untuk menjadi dewasa sesungguhnya, bayi tarantula ini membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun. Sebelum memasuki usia ‘dewasa’ biasaya mereka hidup bersama sang induk hingga akhirnya mampu berjuang sendiri.
T. blondi betina mampu hidup hingga 20 tahun, sementara sang jantan hanya berusia 3 sampai 6 tahun. Mereka akan mati setelah mengalami proses kawin.
Dijadikan camilan
Masyarakat lokal di Amerika Selatan kerap menjadikan tarantula ini sebagai camilan. Menurut Rick West, seorang ahli tarantula, mengatakan bahwa daging T. blondi mempunyai rasa yang gurih dan lembut.
“Daging dan otot T. blondi rasanya seperti udang asap. Sedangkan isi perutnya, cocok jika direbus dengan daun yang digulung,” ujar West.
West sungguh gembira dapat kembali menemukan tarantula raksasa ini. Ia berpendapat bahwa T. blondi merupakan salah satu satwa paling indah dan mempunyai mitos di dalamnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR