Nationalgeographic.co.id - Hanya sedikit yang bisa selamat dari petaka erupsi Gunung Vesuvius tahun 79 Masehi. Kegaharan gunung itu tidak hanya sekadar dongeng atau cerita rakyat dari Eropa belaka, melainkan kejadian yang sungguh nyata.
Saking gaharnya, ia digambarkan bagi orang Romawi sebagai gambaran untuk Hercules, putra Jupiter yang suka berkelana. Letusannya yang dahsya di abad pertama masehi itu menyisakan banyak jenazah manusia yang masih berbentuk, kerangka, hingga terpotong-potong.
Salah satunya adalah pria paruh baya yang diperkirakan berusia 40 hingga 45 tahun, yang ditemukan di dekat pantai kuno Herculaneum, kota kuno dekat Pompeii yang ikut luluh lantak. Pria itu diperkirakan sedang dalam proses melarikan diri dari letusan, tetapi hanya beberapa detik mendekati laut, di gagal.
Jasadnya ditemukan oleh para arkeolog di sana, dengan kepala menghadap pantai dan dikeliling oleh kayu yang sudah berkarbonisasi. Pantai kuno itu kini telah jauh lebih surut menyisakan kota Ercolano yang kini menjadi kota modern. Air laut surut karena terdorong mundur oleh ledakan Vesuvius yang amat dahsyat.
"Dia [tubuhnya] terbaring menghadap ke daratan, dan mungkin melihat kematian ketika wajahnya diliputi oleh lava cair yang mengubur kotanya." terang Francesco Sirano, direktur Ercolano Archaeological Park, Italia, dikutip dari ANSA, Jumat (15/10/2021).
Tulang pria itu berwarna merah cerah yang merupakan tanda noda sisa darahnya, lanjut Sirano. Para arkeolog mengasumsikan bahwa itu adalah dampak dari proses unik dari pembakaran yang disebabkan aliran magama di Herculaneum, dengan campuran abu dan gas. Proses kematiannya terjadi seketika tetapi juga mengerikan.
Baca Juga: Terungkap, Begini Penampakan Lapak Kaki Lima 2.000 Tahun Lalu
Ketika Gunung Vesuvius meletus, gelombang prikolastik tiba di kota itu pada pukul satu malam. Diperkirakan suhunya 300 hingga 400 derajat Celsius, atau berdasarkan penelitian lain, yang dikutip Sirano, bisa mencapai 500 hingga 700 Celsius.
"Awan putih panas yang melesat menuju laut dengan kecepatan 100 kilometer per jam, yang sangat padat sehingga tidak ada oksigen di dalamnya," terangnya. "Dalam waktu beberapa menit menelan dan menelan bagian atas kota, mencabut atap dan memotong manusia dan hewan dengan panas seperti untuk membuat tubuh mereka menguap".
Sirano menggambarkan bahwa situasi saat itu pasti membuat orang menoleh ke belakang ketika terdengar suara raungan yang memekakkan telinga, atau mencari sumber dari mana cahaya yang tiba-tiba muncul menembus kegelapan malam.
Baca Juga: Penampakan Jasad Pria Kaya dan Seorang Budak di Kota Kuno Pompeii
Kini, Sirano dan timnya dari Packard Humanities Institute mencari tahu tentang identitas kerangka ini. Meski masih pencarian, ada petunjuk yang menjawab: orang ini tidak berlindung seperti orang lain yang berdesakan di gudang atau bangunan.
"Dia bisa jadi penyelamat, teman perwira Pliny yang ditemukan di tahun 80-an sekitar 20 meter dari titik ini, lagi-lagi di pantai," dia berpendapat. Sebab seorang prajurit diluncurkan untuk membawa beberapa orang pertama keluar ke tempat yang aman di laut.
Tapi bisa jadi juga seorang yang mencoba lari yang meninggalkan kelompoknya untuk mencapai laut dan berharap untuk misi penyelamatan. Atau kemungkinan lain bila orang ini adalah yang terakhir dari kelompok yang berhasil berangkat menyelamatkan diri ke laut.
"Hipotesis menarik supter misteri kematian korban terakhir yang ditemukan dari letusan 79 M sekarang berada di tangan para ahli, yang senang atas hasil ini," terangnya.
Baca Juga: Akrotiri, Kota Kuno di Santorini yang Bernasib Sama Seperti Pompeii
Kerangka itu kemudian dipindahkan bersama sebagian besar batu lava sekitarnya ke laboratorium. Pemeriksaan sementara, telah terungkap jejak tertinggal seperti kain dan logam di sekitar kerangka.
"Mungkin tas dengan alat kerjanya, tetapi juga senjata atau koin," kata Sirano. "Hari ini kita memiliki kemungkinan untuk memahami lebih banyak."
Sementara, hingga saat ini jumlah korban tewas dari malam petaka itu masih belum diketahui. Akan tetapi, para ilmuwan berpendapat bahwa terdapat 1.500 hingga 2.000 orang tewas akibat letusan Vesuvius. Gunung itu masih tetap mengintai penduduk sekitar tiga juta orang yang tinggal di sekitarnya.
Source | : | ancient-origins.net,Ansa |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR