Tiap kali NASA meluncurkan roket selalu ada kemungkinan roket tersebut meledak di angkasa. Keputusan meledakan roket diambil oleh dua petugas keamanan ketika mendapati sesuatu tidak beres.
Saat petugas keamanan mendapatkan kabar tidak baik, maka hal buruk akan terjadi. Menghancurkan roket menjadi salah satu cara untuk menghindari hal buruk terjadi. Menghancurkan roket memang akan rugi jutaan dollar, mengingat muatan roket dan biaya penelitian. Namun cara ini dianggap lebih tepat, daripada mengorbankan orang-orang di sekitar tempat peluncuran.
Seperti kejadian Selasa (28/10) malam, roket Antares dengan tinggi 43 meter mengalami masalah sesaat setelah peluncuran dan ledakan besarpun terjadi. Ledakan itu bahkan dapat terlihat bermil-mil, beruntung walau termasuk dalam ledakan besar tak ada satupun orang terluka.
Berada dekat
Brad Scriber dari National Geographic menjadi salah satu dari awak media yang menghadiri peluncuran Antares. Mereka berkumpul Selasa malam di Wallops Island, Virginia.
Brad menganalogikan ledakan roket Antares seperti ketika Anda tidur, kemudian terbangun karena guncangan kendaraan besar.
Hingga saat ini penyebab gangguan roket terus diselidiki. Roket Antares meledak di ketinggian mengeluarkan cahaya juga kepulan asap. Bahkan dari tempat media berkumpul yang berjarak tiga kilometer, gelombang kejut pasca ledakan masih dapat terasa.
Brad menganalogikan ledakan roket Antares seperti ketika Anda tidur, kemudian terbangun karena guncangan kendaraan besar. Karena ledakan itu pula, jendela dan pintu bangunan di sekitar tempat peluncuranpun rusak.
Ketika awak media datang, mereka sudah diperingatkan bahwa sesuatu yang buruk bisa saja terjadi. Hal ini disampaikan karena sebelumnya peluncuran mengalami penundaan—seharusnya roket diluncurkan Senin (27/10). Benarlah peringatan itu, ledakan sungguh terjadi pada roket yang dibuat atas kerja sama NASA dan Orbital Sciences. Segera setelah ledakan seluruh awak mediapun diminta menaiki bis untuk dievakuasi.
Sebelum ledakan terjadi, petugas keamanan melakukan pengecekan terakhir. Mereka mendapati beberapa hal tidak beres pada roket yang mengantarkan suplai untuk Stasiun Luar Angkasa (ISS) ini. Seperti penyimpangan jalur dan pengiriman sinyal dari sistem terminasi penerbangan untuk menonaktifkan roket.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR