Sebagian wartawan lain yang tak kebagian tempat cukup terlindung, memakai kantong hitam untuk jenazah untuk alas dan selimut tidur. Namun, semakin malam angin bertambah kencang dan dingin. Baik kami yang tidur di dek bermodalkan jaket dan pakaian tertebal yang kami bawa, maupun mereka yang memilih "menyalahgunakan" kantong mayat, tetap saja menggigil.
!break!Tiba di Belitung Timur
Kami tiba di perairan Belitung Timur, Senin (29/12/2014) pukul 04.15 WIB. Semua rasa bak "terdampar" di kapal misi pencarian pun langsung tertepis, berganti dengan semangat meliput dan harapan menemukan pesawat yang hilang itu berikut penumpang dan krunya.
Namun, tantangan belum usai. Berputar-putar selama 10 jam di perairan sesuai koordinat tujuan awal misi, tak mendapati apapun yang bisa mengungkap hilangnya pesawat AirAsia Q8501. Nahkoda KN224, Kapten Ahmad, memutuskan menghentikan pencarian ketika hari memasuki rembang petang.
Senin petang, kapal kami merapat di Dermaga Kota Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Bagi kami, wartawan, jeda ini adalah peluang melaporkan diri ke kantor menggunakan jejaring telekomunikasi, menuliskan peliputan dan mengirimkannya ke kantor.
Laut yang kami seberangi 24 jam tanpa henti, tak menyediakan jaringan telekomunikasi memadai apalagi internet. Selama perjalanan, sembari bergantian menjalankan misi pencarian, waktu di atas kapal kami pakai untuk bertukar informasi dengan sesama wartawan maupun tim pencari dari Basarnas.
Titik terang pertama
Pada Selasa (30/12), pencarian berlanjut lagi. Kru dan wartawan yang sama, kembali menaiki KN224. Kapten Ahmad menyatakan pencarian bergeser ke lokasi yang menjadi titik komunikasi terakhir AirAsia QZ8501 dengan menara kontrol lalu lintas udara (ATC).
Di perairan di barat daya Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah ini, pencarian kami mendapatkan titik terang. Hingga Rabu (31/12) siang, dari lokasi pencarian baru ini sudah ditemukan sejumlah serpihan dan enam jenazah yang dipastikan terkait dengan insiden QZ8501.
Kami, tim dari Kompas.com--reporter Abba Gabrillin dan Ichsanudin, bersama fotografer Roderick Adrian Mozes--masih akan berjibaku dengan lautan, kali ini dari Pangkalan Bun hingga ke perairan yang berjarak seratusan mil dari pelabuhan Kumai, di Selat Karimata, untuk melaporkan setiap tahap proses pencarian dan penanganan QZ8501.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR