Tanda tanya seputar hilang kontaknya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura pada Minggu (28/12) lalu mulai terkuak setelah ditemukannya puing pesawat dan jenazah yang diduga penumpang dan kru pesawat. Puing atau bagian pesawat yang pertama kali ditemukan adalah emergency exit door pada 30 Desember 2014. Yang pertama kali menemukan adalah tim KRI Bung Tomo-357.
Setelah adanya laporan penemuan puing, Presiden Joko Widodo langsung meninjau ke lokasi. Ia juga berkomunikasi dengan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut Yayan Sofyan.
Seperti apa KRI Bung Tomo ini? Mari mengenalnya lebih dekat...
KRI Bung Tomo-357 merupakan kapal perang yang dibeli dari Inggris oleh TNI Angkatan Laut pada tahun 2013 lalu. Penamaan Bung Tomo baru dilakukan pada 4 Desember 2014 bersamaan dengan KRI Usman Harun.
Nama Bung Tomo yang dijadikan sebagai nama kapal yang bermarkas di Pangkalan Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya, itu didasari karena kegigihan Bung Tomo. Bung Tomo yang lahir di Surabaya ini terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
KRI Bung Tomo memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton. Dengan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 diesel, kapal ini memiliki kecepatan 30 knot.
Misi pencarian pesawat dan jenazah AirAsia adalah misi yang pertama kalinya dilakukan kapal jenis multi-roll light frigat ini.
Jumlah personel
KRI Bung Tomo-357 memiliki jumlah ABK 85 prajurit, dengan rincian perwira 17 orang, bintara 40 orang, dan tamtama 28 orang.
ABK KRI Bung Tomo, Serka Raden, mengungkapkan, dalam misi pencarian AirAsia, setidaknya ada enam orang yang diturunkan dalam satu kali pencarian. Dalam operasi pencarian, mereka akan menaiki satu unit kapal sekoci yang bergerak mendekati obyek temuan KRI Bung Tomo.
Para personel ini tak hanya ahli menggunakan sistem persenjataan yang ada di badan kapal, tetapi juga mahir menyelam sehingga saat operasi SAR dilakukan, ABK dari KRI Bung Tomo juga melakukan penyelaman untuk mencari badan pesawat dan jenazah lain. Namun, ternyata badan pesawat diperkirakan berada di kedalaman lebih dari 30 meter.
Sistem persenjataan
Berdasarkan situs TNI Angkatan Laut, persenjataan KRI ini cukup canggih dengan didukung oleh platform system yang baik, di antaranya, radar navigasi, radar surveillance untuk mendukung pengamatan udara, serta radar tracker senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran meriam 76 mm otomelara super rapid gun (OSRG) dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai ciws (close in weapon system) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR