"Studi tentang evolusi manusia di Pleistosen Tengah dan Akhir telah mengalami kemajuan signifikan dalam beberapa dekade terakhir," kata Roksandic, penulis utama studi tersebut dalam rilis University of Winnipeg.
Menurutnya, kita sekarang tahu bahwa asal Homo sapiens adalah Afrika (mungkin pan-Afrika) dan meluas lebih jauh ke akhir Pleistosen Tengah daripada yang diperkirakan sebelumnya. Juga jelas bahwa takson ini menyebar keluar dari Afrika sebelum 60.000 tahun yang lalu, kemungkinan dalam beberapa gelombang yang lebih kecil, dengan penyebaran besar pasca 60.000 tahun yang lalu.
"Lebih jauh, selama dua dekade terakhir, spesies yang termasuk dalam genus Homo (misalnya, Homo floresiensis, Homo naledi, dan Homo luzonensis) yang sezaman dengan garis keturunan Homo sapiens tetapi dianggap tidak banyak berperan dalam evolusi yang terakhir, membuktikan kompleksitas catatan evolusi manusia Pleistosen kemudian," Roksandic menjelaskan.
Baca Juga: Selidik Fosil Rahang Manusia Modern Tertua di Sulawesi Selatan
Nama baru ini didasarkan pada penilaian ulang fosil yang ada dari Afrika dan Eurasia dari periode waktu ini. Secara tradisional, fosil-fosil ini telah ditetapkan secara bervariasi baik sebagai Homo heidelbergensis atau Homo rhodesiensis, keduanya membawa banyak definisi yang seringkali bertentangan.
"Berbicara tentang evolusi manusia selama periode ini menjadi tidak mungkin karena kurangnya terminologi yang tepat yang mengakui variasi geografis manusia" menurut Roksandic.
Baru-baru ini, bukti DNA telah menunjukkan bahwa beberapa fosil di Eropa yang disebut Homo heidelbergensis sebenarnya adalah Neanderthal awal, membuat nama itu berlebihan. Untuk alasan yang sama, nama tersebut perlu ditinggalkan ketika menggambarkan fosil manusia dari Asia timur menurut rekan penulis, Xiu-Jie Wu dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology, Beijing.
Baca Juga: Apa Kabar Nesher Ramla Homo, Salah Satu Leluhur Kita yang Baru Ketemu
Source | : | Evolutionary Anthropology,University of Winnipeg Press |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR