Lea memang gemar menggambar dan mewarnai. Dan ia sering diberi tahu Rafi bagaimana mewarnai supaya rata. Rafi suka memabntu mengasah pinsil warna, agar tidak terlalu runcing sehingga gampang patah. Kadang Rafi menambahkan dengan tokoh rekaannya sendiri. Sehingga di buku-buku gambar Lea muncul Superman di tengah gambar kucing dan anak-anaknya, atau Batman di tengah kebun bunga yang diwarnai Lea. Dan menurut Lea gambarnya jadi "bagus".
!break!Hari kedua, Mbak lapor kepada Mama, Lea tak banyak bermain atau menggambar. Ia banyak melamun. Makannya juga tak selera. Yang diceritakan hanya "Kalau ada Kakak, ...."
"Saya lalu menelepon Ibu Sepuh, biar Non Lea bisa ngobrol dengan Kakak. Ibu enggak marah kan? Abis kasihan Non Lea, Bu," ujar Mbak berbisik.
Dika pun tadi siang iseng-iseng menelepon ke rumah mertuanya. Menanyakan anaknya.
"Ooh kamu sudah kangen sama anakmu? Baru dua hari," sahut Nenek menggoda. "Dia baik kok. Asyik main dengan anak-anak tetangga. Tapi kalau anak-anak sebelah belum pulang sekolah, yang diceritakan Lea melulu. Adik pintar mewarnai. Adik enggak suka pisang, tapi mau kalau pisang dimakan dengan kacang, Adik pintar minum obat, ha ha ha .... Dan tahu enggak kamu? Lea itu nanti akan jadi istri yang pintar melayani suami. Kata Rifa, kalau dia pulang sekolah, Lea selalu mengambilkan sandal untuk kakaknya! Ha ha ha .... seperti istri zaman dulu meladeni suami kan? Ha ha ha ..."
"Trus, trus, trus, Ma?" kata Dika.
Ternyata telepon Nenek sudah berpindah tangan ke Kakek. "Mumpung anakmu sedang asyik di luar. Papa tadi tanya, \'Adikmu suka nakal enggak sama kamu?\' Dia jawab, \'Iya sih Kek. Bawel. Suka lapor-lapor sama Papa Mama.\' "
"Oh, jadi dia nakal? Tanyaku. Dia menggeleng, "Aku yang nakal, sebetulnya.\' He he he ... lucu anakmu. Aku bilang, \'Kalau adikmu nakal, Kakek mau usul, bagaimana kalau ditukar saja dengan si Lusy, adik Luwi anak sebelah. Eh, Rafi menggeleng-geleng keras sekali. \'Lusy jelek. Kalau Adik kan keren.\' Ha ha ha ...."
Pada hari keenam, Lea mengatakan kepada ayahnya, "Papa, kita jemput Kakak?"
"Iya Nak. Kamu senang?"
Lea mengangguk keras. Kegembiraan menyeruak dari kedua bola matanya yang bening.
Keesokan harinya mereka semua pergi menjemput Rifa. Di rumah, Dika dan Lois menanti-nantikan kapan aksi saling melaporkan akan mulai lagi. Ternyata episode tersebut telah dilupakan, walaupun pertengkaran mulai terjadi lagi. Tapi setiap kali Dika atau Lois mengingatkan kedua anak mereka tentang menginap seminggu di rumah kakek, anak-anak segera membicarakan soal lain.
Malam itu, Dika memeluk istrinya. "Idemu mengirim Rifa ke rumah Mama benar-benar brilian. Oooh, alangkah indahnya rumah yang damai ...."
Lois melirik dan tersenyum manis sekali. Lalu mereka tak lagi menyimak berita malam di TV yang menayangkan perkembangan berita tentang Polri dan KPK.
Alangkah damainya negeri kita, bila semua masalah dapat diperlakukan sebagai masalah dalam keluarga. Dalam keluarga, cinta menjadi kunci untuk memecahkan semua masalah. Dalam level negara, cinta dapat diterjemahkan menjadi \'itikad baik\'. Kunci yang selalu mampu mengubah yang rumit menjadi sederhana; bukan sebaliknya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR