Tumpukan sampah di seluruh tempat penampungan sementara (TPS) di Kota Cirebon, Jawa Barat, menggunung dan meluap hingga ke jalan umum. Tumpukan sampah yang kotor dan mengeluarkan bau busuk membuat warga resah. Warga sekitar mengaku pemerintah sudah tidak mengangkut sampah selama tiga hari lalu.
Berdasarkan pantauan, gunungan dan tumpukan sampah sudah terjadi sejak Minggu hingga Selasa petang kemarin. Dua kontainer yang disediakan di tiap TPS sudah dipenuhi sampah hingga meluap dan jatuh ke luar. Informasi yang terhimpun menyebutkan, pemerintah setempat kehabisan biaya operasional.
Kondisi sampah itu kini diperparah dengan curah hujan di Kota Cirebon yang tergolong tinggi. Sore menjelang malam hari, Cirebon selalu diguyur hujan hingga menyebabkan sampah basah dan bau busuk. Selain kotor, sampah-sampah ini berpotensi mengundang banyak penyakit.
Hal ini terjadi di TPS Jalan Sukalila, TPS Kali Baru, TPS Kesambi, TPS Pesisir, TPS Krucuk, TPS Tuparev, dan semua TPS di wilayah Kota Cirebon.
Penambal ban sepeda motor, yang berada tepat di depan TPS Sukalila, Sarwin, mengaku resah dan kecewa lantaran sudah empat hari sampah tidak diangkut. Ia merasa sakit saat bernapas karena bau yang menyengat.
"Biasanya tidak seperti ini (meluap hingga ke jalan), Mas. Kontainer sudah penuh, besok paginya sudah bersih. Tapi, kali ini, parah, sudah tiga hari tidak ada yang mengangkut. Akhirnya, sampah terus bertumpuk dan sampai ke jalan," kata Sarwin mengeluh.
Pria yang sudah berprofesi selama 25 tahun di lokasi itu menjelaskan, pengangkutan sampah biasa dilakukan pada pukul 07.00–08.00 WIB tiap pagi harinya. Namun, sudah empat hari tidak ada satu pun pengangkut.
Selain kotor, sampah mengeluarkan bau busuk dan mengundang penyakit. Ia pun sering sakit di bagian dada karena terus mencium bau tak sedap.
Aryati, salah satu pembersih di TPS Kali Baru, menyebutkan, mobil pengangkut sampah sudah tidak berkerja karena tidak ada biaya operasioal. Kabarnya, masalah tersebut terjadi karena Wali Kota Cirebon sedang sakit sehingga tidak dapat memberikan biaya operasional.
"BBM’e langka, mobile ditutup beli mangkat-mangkat. Wali Kota’e gering. Dau telung dina wis akeh mengkenen luh cung! (Bahan bakar minyaknya tidak ada, mobilnya tutup, tidak berangkat. Wali Kotanya sakit. Baru tiga hari, sudah banyak begini Nak!)," kata Aryati.
Taufan Bharata, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, yang coba dikonfirmasi tentang kondisi itu, tak bisa dihubungi. Telepon seluler yang biasa digunakannya tidak aktif.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR