Pesawat yang saya tumpangi terombang-ambing melintasi udara di atas Pulau Sumbawa. Ini penerbangan lanjutan setelah saya transit di Pulau Dewata lalu melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat yang lebih kecil milik maskapai Garuda Indonesia.
Akhirnya saya pun tiba di Bima, Pulau Sumbawa dalam bagian tim "Ekspedisi 200 Tahun Gelegar Tambora." Tahun ini, tepat dua abad setelah peristiwa letusan gunung terdahsyat dalam sejarah. Berkaitan dengan hal itu, National Geographic Indonesia mengadakan penjelajahan yang bertepatan dengan 200 tahun letusan gunung tersebut dan juga merayakan 10 tahun kehadiran majalah ini di Indonesia.
Saya menjadi fotografer dalam ekspedisi kali ini. Berbekal kamera profesional saya ingin mengabadikan wajah Pulau Sumbawa dan menyingkap sisa letusan Gunung Tambora. Selain perlengkapan kamera yang biasa saya gunakan, kali ini saya menjajal kamera terbaru besutan Samsung NX1. Kamera anyar ini tentu akan menjadi teman perjalanan yang pas karena ringan dan ringkas.
Hari pertama, kehadiran kami di Bima disambut dengan hujan deras yang mengguyur seluruh kota. Namun ini tak menghentikan langkah saya menjelajah Kota Bima. Hari kedua saya juga mengabadikan senja di Teluk Bima. Beberapa pengunjung menanti dengan seksama matahari menghilang yang menyisakan sinar jingga nan cantik.
Saya juga mengabadikan Kesultanan Bima saat senja. Kamera Samsung NX1 ini memberikan hasil yang memuaskan saat saya mengabadikan bangunan ini. Meskipun dengan penggunaan ISO yang tinggi (6400), namun hasil fotonya menarik.
Satu yang paling menarik adalah perjumpaan kami dengan Ibu Maryam. Saya mengabadikan profilnya menggunakan ISO 3200. Namun hasilnya tampak memuaskan.
Perjalanan saya di Pulau Sumbawa masih terus berlanjut. Masih banyak tempat yang harus saya datangi bersama tim "Ekspedisi 200 Tahun Gelegar Tambora".
Penulis | : | |
Editor | : | Prana Prayudha |
KOMENTAR