Nationalgeographic.co.id - Sisilia, Italia, memiliki tempat wisata yang unik dan mengerikan. Di sini terdapat ikatan yang kuat antara mereka yang sudah meninggal dan masih hidup
Tepatnya di Palermo, sebuah biara menyimpan ribuan jenazah yang dimumifikasi. Sejak tahun 1700-an, Convento dei Cappuccini atau dikenal juga dengan nama Palermo Capuchin Catacombs, menarik banyak wisatawan untuk berkunjung.
Dikelola oleh biarawan Kapusin, Katakomba ini berisi koleksi mumi terbesar di Eropa. Memiliki lebih dari 1.284 mumi dan 8.000 kerangka tubuh yang berasal dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-20. Di tahun 1787, tempat ini mulai menyimpan jenazah anak-anak. Semua mumi ini selamat dari jamur, serangan bakteri, kebakaran, kerusakan akibat banjir, dan pemboman sekutu selama Perang Dunia II.
Disematkan di dinding, duduk di bangku dan rak, dan tersimpan di peti mati terbuka, setiap mumi dan kerangka mengenakan pakaian terbaiknya.
Katakomba yang remang-remang dan pengap ini memiliki beberapa koridor. Mumi dikelompokkan berdasarkan profesi, jenis kelamin, atau umur. Ada ruang untuk tokoh agama, terutama yang berafiliasi dengan biara, untuk profesional, seperti dokter, dan ruang untuk wanita, perawan, dan bayi. Silvestro da Gubbio, seorang biarawan yang meninggal pada tahun 1599, menjadi jenazah yang tertua di sana.
Mereka yang ingin diawetkan di katakomba harus mengajukan permohonan sebelum meninggal. Berada di katakomba merupakan simbol status.
Bahkan setelah meninggal pun orang kaya ingin tetap memiliki status dan kekuasaan. Mumifikasi memungkinkan keluarga untuk melihat dan menghormati jenazah dengan cara yang tidak biasa.
Baca Juga: Sokushinbutsu, Ritual Biksu Jepang Mengubah Dirinya Menjadi Mumi
Namun tren ini berakhir di tahun 1880. Hanya ada 2 tambahan jenazah setelah itu yaitu Giovanni Paterniti, Wakil Konsul Amerika Serikat pada tahun 1911 dan Rosalia Lombardo. Rosalia meninggal saat berumur dua tahun di tahun 1920. Ia menjadi mumi paling terkenal di katakomba itu.
Prosedur pembalsaman membuat Rosalia tampak begitu terawat sehingga dia dijuluki "Sleeping Beauty." Prosedur pembalsaman sempat hilang selama beberapa dekade. Prosedur ini terdiri dari formalin untuk membunuh bakteri, alkohol untuk mengeringkan tubuh, gliserin untuk mencegahnya mengering, asam salisilat untuk membunuh jamur, dan garam seng untuk memberikan kekakuan tubuh.
Sebagian besar mumi yang ditemukan di katakomba diawetkan secara alami. Mumifikasi alami adalah proses transformasi tubuh yang didasarkan pada dehidrasi. Ini adalah proses mengeluarkan cairan yang ada di jaringan untuk menghentikan pertumbuhan bakteri. Sehingga proses pembusukan pun terhenti.
Source | : | Archaeology magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR