Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan bahwa sekitar 964 pengungsi Rohingya asal Myanmar akan ditempatkan di lokasi penampungan sementara di Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Aceh Utara sampai satu tahun ke depan.
"Tempat (penampungan sementara) yang akan kita bangun, (yaitu) di lokasi yang sudah ditempati oleh para pengungsi tersebut. Jadi, ada di Lhokseumawe, Aceh Utara dan Aceh Timur. Kita siapkan di sana," kata Direktur Keamanan internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian luar negeri, Andy Rachmianto, dalam jumpa pers, Kamis (4/6).
Pemerintah Indonesia saat ini sedang menyiapkan rencana kerja untuk membangun penampungan sementara (temporary shelters) tersebut, terutama soal "siapa yang membangun dan di mana lokasi persisnya".
Pada 20 Mei lalu, pemerintah Indonesia dan Malaysia menyatakan siap menampung para pengungsi dan pendatang yang terapung-apung di laut dengan syarat mereka ditempatkan di negara ketiga atau dipulangkan dalam waktu satu tahun.
Ditanya apa yang akan dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap pengungsi Rohingnya setelah masa satu tahun itu berakhir, Andy Rachmianto tidak menjawab secara tegas.
"Kita harapkan dalam setahun sudah banyak yang kita lakukan," katanya.
Dalam penelusuran BBC Indonesia di Kuala Lumpur, ada ribuan orang Rohingya yang menetap di sana lebih dari tiga tahun sembari menunggu negara yang bersedia mengambil mereka sebagai warga negara.
Mohammad Sadek, misalnya, telah tertahan di Malaysia selama delapan tahun.
"Saya masuk ke Malaysia tahun 2006. Jadi delapan tahun saya menunggu di sini," ungkapnya di sebuah kawasan yang ramai ditempati pendatang di Kuala Lumpur.
Apa yang ditunggu Sadek adalah penempatan di negara lain setelah negara asalnya, Myanmar, mengabaikannya.
Pemulangan pendatang Bangladesh
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR