Sekitar 60% responden mengatakan, kenangan atau memori tingkat rasa sakit sama saja, baik setelah dua bulan atau 12 bulan setelah melahirkan.
Temuan lain, sepertiga dari responden mengaku lupa ketika ditanya 12 bulan setelah melahirkan.
Sedangkan 18% lainnya mengaku tetap ingat sakitnya melahirkan pada 12 bulan setelah punya anak.
Lima tahun kemudian para peneliti berbicara lagi dengan para responden.
Pada tahap ini, kenangan tentang sakitnya melahirkan jauh berkurang bagi sejumlah responden.
Sekitar 50% dari seluruh responden mengaku, sakit yang mereka rasakan tidak sebesar yang mereka akui dengan rasa sakit yang mereka gambarkan pada dua bulan setelah melahirkan.
Tapi bagi mereka yang menjawab sangat sakit pada dua bulan setelah melahirkan, memori ini tidak mau hilang.
Ini bukan sesuatu yang jelek, karena bagi kaum ibu, kenangan buruk ini bisa juga berdampak positif. “Jika saya bisa melewati sakitnya melahirkan, saya tentu bisa menghadapi situasi-situasi lain dengan lebih mudah.”
Tapi bagi para ilmuwan, sulitnya kita menghapus kenangan buruk atau kenangan yang menyakitkan tetap saja mengejutkan.
Itu karena bagaimana kita merekonstruksi memori buruk tidak selalu sama, demikian kesimpulan dari kajian psikologi yang dilakukan selama beberapa dekade.
Sebagai perbandingan, memori kita tidak seperti DVD yang selalu menampilkan data persis sama setiap kali diputar.
Konteks dari kenangan menyakitkan dan bagaimana kita menuturkan kembali memori buruk ini membuat “derajat kesakitan” menjadi berbeda dari waktu ke waktu.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR