Menjelang gelap di daerah Condong Catur, Yogyakarta, anda akan menjumpai banyak orang, baik berjalan, berlari kecil maupun mengendarai motor, sudah penuh dengan keringat. Jika diperhatikan, mereka nampak keluar di waktu yang sama. Dari mana mereka sebenarnya?
Pria berpeluh keringat ini bernama Muhammad Asrori. Dia baru saja menyelesaikan satu putaran berlari di tempat ini. “Pinginnya dua putaran lagi, Mas,” ujarnya sambil berulangkali mengibaskan tangannya ke arah wajah.
Asrori tidak sendiri. Setiap sore, puluhan orang berkumpul di Embung Tambakboyo. Baik untuk berolahraga, rekreasi, sampai memancing. Bahkan tidak sedikit yang mengajak hewan peliharaannya berjalan-jalan.
Embung Tambakboyo terletak di tiga desa, Wedomartani, Condong Catur dan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Lokasinya tepat berada di hilir pertemuan Sungai Tambakboyo dan Sungai Buntung. Memiliki luas 7.8 hektar, volume tampung waduk ini sebesar 400.000 m3.
Fungsi utama pembangunan waduk ini adalah sebagai konservasi air di kawasan Sleman. Namun dalam perkembangannya, waduk ini juga dimanfaatkan sebagai sarana olahraga dan rekreasi. Kedua aktifitas tersebut biasanya dilakukan di jalan konblok yang mengelilingi waduk.
Asrori mengaku baru mulai ke Tambakboyo awal bulan puasa tahun ini. “Selain olahraga, bisa sekalian ngabuburit. Soalnya tempatnya bagus juga,” ujarnya. Dia datang bersama teman-temannya. Saat saya sedang berbincang dengan Asrori, nampak teman-temannya tengah berfoto dengan latar waduk tersebut.
Sore hari, Tambakboyo menawarkan pemandangan yang menarik. Selain dapat menikmati matahari tenggelam, pengunjung dapat menikmati air waduk yang memantulkan warna jingga. Juga, pengunjung dapat melihat gagahnya Gunung Merapi dari tempat ini. Ketiganya dengan catatan langit tidak sedang mendung.
Pengunjung juga dapat mengunjungi Tambakboyo pada pagi hari untuk melihat matahari terbit. Saat bulan puasa dan akhir pekan, pagi hari didominasi oleh anak kecil yang berjalan-jalan.
Sedikit banyak, Tambakboyo juga menunjang perekonomian masyarakat. Ini dapat dilihat dari warga yang berjualan maupun memancing di kawasan waduk. Tak jauh dari waduk, terdapat pula beberapa rumah singgah, seperti kos dan homestay.
Penulis | : | |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR