Selain dari batang pisang, warga biasanya mengambil air dari batang pohon peri dan pohon lawan. Untuk mendapatkan air dari kedua pohon itu, terlebih dahulu ranting-ranting pohon ditebang. Setelah dibiarkan 5-7 hari, salah satu akar pohon itu dilukai.
Air pun mengalir melalui akar pohon yang dilukai itu. Satu pohon bisa menghasilkan 5-10 liter air, tergantung dari besar atau kecilnya pohon itu. Pohon yang makin rimbun, dengan bentuk batang makin besar, menghasilkan air hingga 10 liter. Batang pohon kerdil hanya menghasilkan 5 liter air.
”Selama ini tidak ada keluhan warga setelah mengonsumsi air batang pisang atau pohon peri dan lawan. Kebiasaan minum air dari pisang atau pohon ini sejak nenek moyang menempati desa ini,” ujar Yohanes.
Ny Margaretha Retha (48) mengatakan, ibu rumah tangga sangat tersiksa, terutama pagi. Saat itu, anak-anak sekolah harus segera ke sekolah dan suami ke ladang atau ke tempat kerja. Mereka butuh sarapan atau bekal sekolah secepat mungkin. ”Lebih mudah mendapatkan beras dan bahan pangan lain daripada air bersih,” kata Retha.
Kesulitan air dirasakan warga sejak Juni. Selama musim hujan, warga mengonsumsi air hujan yang ditampung pada bak penampung di rumah warga. Namun, setelah hujan berhenti pada Maret, air itu hanya bertahan hingga Mei. Hampir tidak pernah ada bantuan air bersih dari pemerintah karena anggaran terbatas.
Anggota DPRD Sikka, Darius Evensius, mengatakan, ada tiga desa di Kecamatan Lela yang sangat kesulitan air bersih selama kemarau. Selain Desa Iligay, ada Desa Baopat dan Desa Hepang. Saat ini, 88 desa dari total 147 desa di Sikka mengandalkan air tangki atau usaha lain.
Oswaldus, anggota DPRD NTT, mengatakan akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum NTT untuk melakukan survei di sejumlah desa di Sikka yang kekeringan. Jika ada sumber air atau potensi air yang dapat dimanfaatkan, akan diupayakan untuk warga.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sikka Fred Jen mengatakan, pihaknya telah menyurvei dan menemukan sumber air di Desa Iligay. Namun, debit airnya hanya 2 liter per detik sehingga hanya cukup memenuhi kebutuhan warga di dua dusun. ”Kami akan survei lanjutan setelah 17 Agustus untuk mendapatkan sumber air dengan debit yang cukup untuk membantu warga,” ujarnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR