Belakangan ini, cuaca terasa lebih panas daripada tahun-tahun sebelumnya. Tak heran bila sebongkah es lebih cepat mencair dari biasanya. Lantas, apa yang sesungguhnya terjadi? Di tahun 2015, suhu panas bumi sedang meningkat. NASA (National Aeronautics and Space Administration), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration), dan Japan Meteorogical Agency mengklaim kebenaran atas fenomena itu.
Para peneliti dari berbagai instansi telah mengukur suhu panas bumi sejak tahun 1880-an hingga sekarang. Hasil riset menyatakan bahwa tahun 2015 tercatat sebagai tahun terpanas. Pada enam bulan pertama, panas bumi kian meningkat hingga berada di tingkat tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya.
Di samping perihal tersebut, hasil riset NOAA mengatakan, pada bulan Juni di tahun 2015 temperatur permukaan tanah meningkat jadi 1,26 derajat Celcius, melebihi suhu yang tercatat di tahun 2012, yakni 0,06 derajat Celcius. Suhu tersebut telah berada di atas suhu rata-rata sepanjang abad ke-20 dan menjadi puncak suhu bumi terpanas.
Meningkatnya suhu panas bumi terutama disebabkan oleh drastisnya perubahan iklim. Head of Climate Monitoring NCEI-NOAA Deke Arndt menjelaskan bahwa pertemuan perubahan iklim dengan El Nino telah menjadikan bulan Juni kemarin sebagai bulan terpanas.
El Nino merupakan gejala alam berupa peningkatan suhu permukaan air laut secara signifikan di Samudera Pasifik, terjadi di sepanjang ekuator, terutama bagian tengah dan timur. Dampak terburuk dari El Nino adalah pertambahan waktu pada musim kemarau sehingga akan terasa panjang. Bila demikian halnya, semua makhuk hidup di muka bumi ini akan terlibat dalam fenomena kekeringan.
Namun, tidaklah bijak apabila mengambinghitamkan El Nino dalam persoalan meningkatnya suhu panas bumi dan perubahan iklim yang drastis. El Nino hanyalah gangguan yang bersifat sementara. Pangkal sebab paling utama adalah penduduk bumi itu sendiri. Ya, manusia.
Manusia kerap menebang pohon secara liar, tak sedikit pula jumlahnya. Di sisi lain, tak terhitung berapa banyak hutan yang dibakar secara ilegal. Laut pun tak sejernih yang dikira sebab kini telah jadi tempat pembuangan limbah pabrik.
Tak hanya soal demikian, ada perihal lain. Didasarkan pada data WWF, penyumbang terbesar dalam perubahan iklim dunia adalah pemakaian energi, semacam energi listrik, air, dan lain sebagainya, secara berlebihan dan kian meningkat. Bila setiap kita tidak bergerak cepat untuk mengurangi pemakaian energi secara berlebihan, tidak menutup kemungkinan bumi akan mengalami kerusakan yang sangat parah.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR