Perdagangan gading sudah dilarang sejak lahirnya Konvensi Perdagangan Internasional untuk Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar (CITES) tahun 1989. Namun, hal itu tidak bisa menghentikan upaya pedagang nakal untuk tetap menyambung pasokan gading.
Perdagangan gading masih marak terjadi khususnya di kota-kota di Asia seperti Thailand.
(Baca juga: Gading Gajah dan Status Sosial)
Kelompok konservasionis dan pemerhati lingkungan menuduh pihak administrasi sipil dan militer Thailand telah sengaja menutup mata terhadap kasus perdagangan ilegal yang menyebabkan tingginya risiko kepunahan gajah tersebut.
Namun pada hari ini, Rabu (26/8), mereka bisa bernapas lega. Pemerintah Thailand telah menghancurkan lebih dari dua ton gading gajah yang dirazia dari para pedagang gading ilegal di seluruh negeri.
Mereka berhasil mendorong pemerintah Bangkok untuk menghancurkan seluruh gading yang berhasil disita, untuk mencegah risiko kembalinya gading-gading tersebut ke pasar gelap melalui pejabat korup.
Sebanyak 2.155 kilogram gading utuh maupun yang telah diukir dimasukkan ke dalam mesin penghancur kemudian dibakar. Proses penghancuran dan pembakaran daging ilegal itu dihadiri oleh Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-O-Cha. Ia bersumpah untuk menindak kasus perdagangan gading ilegal di Thailand hingga tuntas.
Sebanyak 540 kilogram dari gading sitan didonasikan ke sejumlah museum, institusi pemerintah, dan universitas-universitas dalam negeri agar dimanfaatkan untuk tujuan akademis.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR