Hadirnya acara olahraga bertaraf internasional merupakan peluang terbaik untuk meningkatkan dampak ekonomi khususnya dari sektor wisata. Peluang tersebut dilontarkan oleh Aried Yahya, Menteri Pariwisata dalam konferensi pers World Rafting Championship (WRC) 2015 di Gedung Sapta Pesona, Jakarta (18/11).
Kompetisi arung jeram paling bergengsi di dunia ini akan berlangsung pada 29 November hingga 8 Desember medatang di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat. Bagi sang menteri, kepercayaan yang diperoleh Indonesia sebagai tuan rumah World Rafting Championship 2015 yang melibatkan 24 negara ini harus dimaksimalkan untuk mengenalkan pesona Jawa Barat secara keseluruhan.
“Akan ada 70 media, 10 di antaranya adalah internasional yang akan meliput acara ini. Ayo, kita kembangkan paket-paket wisata, promosikan, dan value yang bisa kita raih sekitar 25 milyar,” jelasnya. Angka tersebut diprediksi dari 10.000 pengunjung domestik dan 1.000 wisatawan mancanegara yang akan menetap selama acara berlangsung.
Mengawali peluang ini Dinas Pariwisata Sukabumi sebelumnya telah mempersiapkan akomodasi yang dapat menampung 2.000 orang di sepanjang Sungai Citarik. Sayangnya, infrastruktur Sukabumi yang didominasi oleh jalanan rusak dinilai belum memenuhi standar pariwisata yang baik. “Sebisa mungkin kami sediakan moda transportasi darat ternyaman dan menghindari jam-jam macet ketika membawa peserta dari Bandara Soekarno-Hatta hingga venue,” jelas Pangestu, Sekretaris Jenderal Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI).
Hadirnya World Rafting Championship 2015 merupakan kesempatan emas untuk memperkenalkan potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia khususnya sebagai wisata olahraga rafting dengan kesulitan jeram tingkat III plus. “Penyelenggaraan ini bisa menjadi modal awal kita untuk mengenalkan kepada dunia bahwa Indonesia siap menjadi venue dari sport tourism internasional,” lanjutnya, “Selanjutnya MotoGP 2017!” tutup Arief.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR