Perang, konflik antarnegara, penembakan, serangan, dan kebiadaban tidak manusiawi, meninggalkan trauma akut serta masa kecil yang menyeramkan dalam kehidupan anak-anak korban perang.
Menurut kabar yang beredar, lebih dari 10.000 anak tewas dan cacat akibat empat tahun terjadinya perang saudara di Suriah.
Kemudian, sekurang-kurangnya 2 juta anak tak memiliki akses ke sumber bantuan karena bermukim di kawasan perang atau daerah yang dikuasai milisi teror ISIS.
Namun, para penguasa negara dan pihak-pihak yang diuntungkan dari negara yang berperang, tak pernah berpikir bahwa sejumlah jiwa kecil tersebut, tak punya pilihan lain kecuali hidup dalam ancaman dan tidur dengan mimpi buruk.
Seorang fotografer asal Swedia, Magnus Wennman, mendokumentasikan nasib anak-anak korban perang Suriah dengan sudut pandang yang berbeda.
Wennman mengangkat tema mengenai, bagaimana anak-anak korban perang tertidur?
Wenmman berkeliling Eropa dan Timur Tengah untuk mendapatkan kisah dan foto-foto kuat sekaligus memilukan mengenai anak-anak korban perang.!break!
Anak-anak yang tertidur di sudut jalanan gelap, rumah sakit, hingga tempat pengungsian, semua terekam penuh pilu dalam karya foto Wennman.
Lewat sedikit kalimat, Wennman memberikan keterangan mengenai kisah dari anak-anak yang terdokumentasikan pada foto-foto tersebut.
"Aku merasa proyek ini lebih personal untukku ketimbang yang lain, karena aku memiliki putra berusia lima tahun dan aku tahu betapa penting baginya untuk merasa aman sepanjang malam," terang Wennman.
Resapilah salah satu foto seorang anak bernama Iman. Dia teridur lelap dengan seprai bersih dan nyaman.
Namun, tahukah Anda, sebenarnya Iman sedang tidur di rumah sakit di Azraq, Jordania.
Iman menderita penumonia dan infeksi di bagian dada. Sepanjang hari Iman tidur lantaran selalu lelah akibat penyakitnya.
"Sebelum perang ini, Iman adalah anak perempuan kecil yang bahagia. Sekarang, dia selalu bersedih karena sakit dan trauma," ujar ibu dari Iman.
"Anak-anak adalah korban paling tak berdosa pada konflik ini. Mereka tak memilih untuk meninggalkan rumah mereka. Kebanyakan anak-anak cerita padaku, mereka masih jelas mengingat suara ledakan bom," urainya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR