Peta near-atomic level menunjukkan bahwa Zika menjadi mirip dengan virus dengue, dan flaviviruses lainnya. Satu perbedaan utama terletak pada protein permukaan kunci, menurut penelitian yang didanai oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi.
Penemuan ini dapat membuat pemahaman lebih baik tentang bagaimana virus bekerja dalam tubuh manusia, yang pada gilirannya, dapat menyebabkan obat yang lebih baik dan vaksin. (Baca : Kekang Virus Zika dengan Kendalikan Nyamuk)
Para peneliti mengatakan bahwa variasi dalam glikoprotein E dari virus Zika dapat menjelaskan kemampuan virus untuk menyerang sel-sel saraf, serta hubungan infeksi virus Zika dengan cacat lahir dan sindrom-Barré Guillian autoimun-neurologis.
Peta ini dibuat oleh para peneliti di Universitas Purdue, dengan membekukan partikel virus dan menembak elektron berenergi tinggi untuk menciptakan puluhan ribu elektron dua dimensi gambar mikrograf, yang kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan komposit resolusi tinggi, virus tampak tiga dimensi.
Para ilmuwan telah mengetahui tentang virus Zika sejak ditemukan di Uganda pada tahun 1947, tetapi baru-baru ini saja orang-orang menyadari potensi bahayanya. (Baca pula : WHO: Semakin Terbukti Virus Zika Sebabkan Gangguan Neurologis
Mulai bulan Oktober, virus yang dibawa oleh nyamuk mulai menyebar, terutama di Brazil. Zika telah dikaitkan dengan cacat lahir yang disebut mikrosefali, membuat janin memiliki otak kecil abnormal.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR