Hari ini, 30 tahun lalu, sebuah bencana nuklir terbesar di dunia terjadi ketika Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl meledak.
Meledaknya PLTN yang berada di kota Pripyat, Ukraina, yang saat itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet, melepaskan partikel radioaktif dalam jumlah besar ke atmosfer bumi yang kemudian menyebar ke wilayah lain Uni Soviet dan Eropa.
Bencana Chernobyl adalah insiden nuklir terburuk di dunia dalam hal kerugian finansial dan korban jiwa. Bencana ini menewaskan 31 orang dan membutuhkan 500.000 orang pekerja untuk upaya pemulihan.
Selain itu, bencana ini mengakibatkan kerugian material sebesar 18 miliar rubel atau setara dengan Rp 3,5 triliun dan efek jangka panjang radiasi terhadap manusia masih terus diselidiki hingga kini.
Bencana ini diawali saat sebuah uji coba sistem dilakukan pada 26 April 1986 di reaktor nomor 4 Chernobyl yang terletak di kota Pripyat, tak jauh dari perbatasan dengan Belarus dan Sungai Dnieper.
Tiba-tiba, terjadi lonjakan daya dan saat prosedur darurat untuk mematikan reaktor dilakukan, terjadi gelombang daya yang lebih besar yang memicu pecahnya reaktor dan serangkaian ledakan.
Api yang dihasilkan ledakan reaktor itu mengirim debu radioaktif ke udara dan mengirimnya ke sebagian besar wilayah Uni Soviet dan Eropa.
Akibatnya, dari 1986-2000 atau selama 14 tahun, sebanyak 350.400 orang dievakuasi dan dipindahkan dari daerah-daerah yang paling terkontaminasi di Belarus, Rusia, dan Ukraina
sebanyak 31 orang dinyatakan tewas, di antaranya adalah pegawai PLTN dan para petugas penyelamat. Namun, Komite Sains untuk Efek Radiasi Atom PBB (UNSCEAR) pada 2008 menyebut korban tewas bencana Chernobyl adalah 64 orang.
Sementara itu, Chernobyl Forum memperkirakan, korban tewas akibat radiasi nuklir bisa mencapai 4.000 orang, terutama dari ratusan ribu anggota tim penyelamat serta warga kota-kota yang paling terkontaminasi.
Angka ini belum termasuk sekitar 50.000 orang yang tinggal di kawasan yang lebih luas, yang kemudian menderita kanker akibat radiasi. Dari 50.000 penderita kanker itu, separuhnya meninggal dunia.
Pasca-tragedi Chernobyl, pertanyaan yang muncul kemudian adalah masa depan PLTN tersebut.
Semua pembangunan reaktor 5 dan 6 dihentikan tiga tahun setelah bencana terjadi. Namun, masalah Chernobyl tak berhenti setelah meledaknya reaktor nomor 4.
Reaktor yang hancur itu "disegel" dengan menggunakan 200 meter kubik beton yang ditempatkan di antara lokasi bencana dan bangunan operasional.
Meski demikian, Pemerintah Ukraina tetap mengoperasikan tiga reaktor tersisa karena terbatasnya sumber listrik di negeri tersebut.
Pada 1991, turbin reaktor nomor 2 terbakar dan Pemerintah Ukraina mengumumkan reaktor itu tak bisa diperbaiki lagi dan dimatikan.
Reaktor nomor 1 dimatikan pada November 1996 sebagai bagian kesepakatan antara Ukraina dan beberapa organisasi internasional, termasuk IAEA, untuk mengakhiri operasional Chernobyl.
Pada 15 Desember 2000, Presiden Ukraina Leonid Kuchma mematikan sendiri reaktor nomor 3 dalam sebuah seremoni yang sekaligus mengakhiri riwayat PLTN Chernobyl.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR