“Paling parah, nantinya akan terjadi knockdown. Artinya, itu akan hilang (terumbu karang) semua. Jadi, terumbu karang akan mati,” papar dia.
Soeharsono mencontohkan, proses bleaching yang terjadi saat ini di wilayah perairan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terjadi hanya sebatas di permukaan air saja. Sementara, di bawah permukaan hingga kedalaman 5 meter lebih, kondisinya masih baik.
Namun, menurut dia, kondisi itu bisa terbantu karena kawasan perairan itu adalah Selat Bali yang di bawahnya menjadi pertemuan arus deras dari dua perairan. Adapun, kawasan yang dimaksud itu, lokasinya di sekitar Pelabuhan Ketapang yang meluas sekitar 10 kilometer.
Waspada 6 Bulan
Sementara itu Sekretaris Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Agus Dermawan, walau saat ini belum terlalu parah dampak buruknya, namun pihaknya tetap memantau dengan sangat ketat selama masa 3 hingga 6 bulan ke depan.
Agus mengatakan, masa-masa tersebut mendapat perhatian ketat, karena memang potensi terjadinya bleaching akan ada di masa tersebut. Untuk itu, pihaknya sengaja membentuk tim khusus untuk menangani kasus bleaching terumbu karang.
“Kita sangat pantau, karena terumbu karang itu masuk dalam kawasan konservasi yang sedang kita lakukan. Jika terumbu karang mati, maka itu akan memengaruhi kondisi ekosistem di sekitarnya. Itu sangat berbahaya,” ucap dia.
“Ini tidak hanya dialami oleh Indonesia, tapi juga dunia. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaimana kita mencegah seminimal mungkin tidak ada intervensi kerusakan lebih, akibat dari perubahan iklim ini,” tandas dia.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR