Kisah keberadaan benda-benda di halaman belakang Tata Surya selalu menarik perhatian. Bagaimana tidak, apa saja yang ada di sana masih jadi misteri meski kita sudah menemukan banyak benda-benda yang menempati lokasi setelah Neptunus. Meskipun demikian, masih banyak cerita yang belum terungkap.
Hal yang sama terjadi juga dengan benda yang satu ini. Benda ini ditemukan oleh Meg Schwamb, Mike Brown dan David Rabinowitz saat Meg mengerjakan disertasi doktoralnya dengan teleskop Samuel Oschin di Observatorium Palomar. Benda yang kemudian diberi julukan planet katai ketujuh dan putri salju. Benda ini merupakan planet kerdil ketujuh yang ditemukan oleh tim Mike Brown setelah Quaoar (2002), Sedna (2003), Haumea dan Orcus (2004), dan Makemake dan Eris (2005).
Benda ini diberi kode 2007 OR10, benda trans neptunian atau berada setelah orbit Neptunus. 2007 OR10 merupakan salah satu benda yang dikategorikan sebagai benda-benda sabuk kuiper bersama Pluto, Eris, ataupun Haumea yang setia mengitari Matahari dan mengintip dari halaman belakang Tata Surya.
Obyek 2007 OR10 bersama dengan benda-benda lain di Sabuk Kuiper termasuk benda-benda kecil di Tata Surya yang tidak mudah untuk diamati bahkan oleh teleskop besar. Bahkan, Pluto, si benda kuiper atau si planet katai terbesar saja tampak kabur dalam pandangan teleskop Hubble. Kita baru bisa mengetahui wajah Pluto dengan jelas saat New Horizons berpapasan dekat dengan planet katai tersebut tahun 2015 lalu. Meskipun tidak mudah, tidak berarti kita tidak bisa memperoleh data dari benda-benda tersebut. Yang dibutuhkan adalah instrumen yang sesuai kebutuhan dan kerjasama untuk menggabungkan data dari berbagai sumber.
Dengan cara inilah para astronom bisa memperoleh data yang lebih baik tentang 2007 OR10.
2007 OR10 saat ditemukan
Saat ditemukan, 2007 OR10 diketahui memiliki ukuran yang cukup besar dan berwarna putih. Hal inilah yang membuat Mike Brown menemukan 2007 OR10 putri salju. Akan tetapi, hasil pengamatan lanjutan justru menunjukkan kalau 2007 OR10 merupakan benda paling merah di sabuk Kuiper, mirip dengan Haumea. Karena itulah akhirnya nama puith salju tidak lagi diberikan pada 2007 OR10.
Tahun 2011, dalam penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Mike Brown, A.J. Burgasser (University of California San Diego) dan W.C. Fraser (MIT), diameter si kurcaci ketujuh berhasil diketahui yakni 1000 – 1500 km dari pengamatan fotometri dengan teleskop Magellan Baade di Observatorium Las Campanas, Chile dan Teleskop Hubble. Di tahun 2012, ukuran 2007 OR10 kembali direvisi menjadi 1280±210 km dari hasil survei benda -benda trans neptunian yang dilakukan Pablo Santos Sanz dan tim.
Si Kurcaci ketujuh yang ditemukan Mike Brown ini ternyata memiliki orbit yang sangat lonjong dan juga kemiringan yang cukup besar. Eksentrisitas atau kelonjongan robitnya 0,5 sedangkan sudut inklinasi atau kemiringannya 30.9376°. Efeknya, saat di perihelion atau jarak terdekat dengan Matahari, kurcaci ketujuh akan berada pada jarak 33 AU atau 4.9 milyar km sedangkan saat berada di aphelion, 2007 OR10 akan berada pada jarak 100,66 AU atau 15 milyar km. Dan waktu yang dibutuhkan 2007 OR10 untuk mengitari Matahari adalah 5,5 abad atau tepatnya 546,6 tahun. Di tahun 2045 saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya, si kurcaci ketujuh ini akan menjadi benda paling jauh melebihi Sedna dan Eris.
Lantas seperti apakah 2007 OR10? Benda kecil di sabuk kuiper ini memiliki tanda keberadaan air es dan metana seperti halnya Quaoar. Wajah kemerahan dari 2007 OR10 berasal dari tholins yang ada di permukaan es akibat radiasi metana oleh sinar ultraviolet dari Matahari. Kehadiran tholins ini juga memberi indikasi kehadiran atmosfer metana yang renggang di obyek kecil ini.
!break!2007 OR10 dalam pandangan Kepler dan Herschel
Selain teleskop Hubble dan teleskop landas Bumi yang digunakan untuk melihat 2007 O10, para astronom juga menggunakan teleskop angkasa lainnya untuk melihat si kurcaci di Sabuk Kuiper ini. Kolaborasi dilakukan oleh teleskop Kepler milik NASA yang sedang melaksanakan misi barunya, K2 dan teleskop Herschel milik ESA.
Hasilnya cukup mengejutkan. Ukuran yang diketahui selama ini ternyata tidak tepat. Para astronom yang menggunakan data Kepler dan Herschel menemukan 2007 OR10 ternyata lebih besar dari yang kita ketahui sebelumnya. Selain itu, si kurcaci 2007 OR10 lebih gelap dan berputar lebih lambat dibanding obyek lainnya yang mengorbit Matahari. Setiap harinya, 2007 OR10 butuh waktu 45 jam untuk menyelesaikan satu putaran pada dirinya sendiri.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR