Apakah percobaan kudeta yang dilakukan untuk melawan pemerintahan Presiden Reccep Tayyip Erdogan justru akan memperkuat...Presiden Erdogan? Ternyata sejumlah analisis berpikir seperti itu.
Jurnalis media Turki, Mustafa Akyol lewat akun Twitternya menyimpulkan tiga hal dari aksi percobaan kudeta terhadap pemerintahan Erdogan.
Pertama, kudeta ini dilakukan oleh kelompok dalam militer, bukan militer secara keseluruhan. Kedua, kudeta ini alami kegagalan dalam pelaksanaannya. Terakhir, kudeta ini justru akan lebih memperkuat Erdogan.
Untuk melihat mengapa kesimpulan ini menjadi hasil dari analisis percobaan kudeta tersebut, sebuah tulisan yang dimuat di New York Times oleh Sabrina Tavernisa, mencoba menguraikan kekhawatiran dimana Erdogan bergerak untuk "merebut gelar presiden seumur hidup".
Pada saat artikel itu muncul, kekhawatiran muncul ketika Erdogan mencoba memperoleh kekuatan otoritarian dalam menjalankan pemerintahannya. Ia mencoba untuk memecat ratusan hakim dari pengadilan Turki, menindak kebebasan pers, dan menempa aliansi dengan membangun hubungan lebih dekat dengan militer negara tersebut.
Kisah tersebut mencoba melukiskan bagaimana sebuah negara tertatih-tatih di ambang sebuah pemerintahan otoriter. "Doakanlah kami," ujar seorang ahli konstitusional, Ergun Ozbudun pada Times.
Konteks dari kudeta melawan Erdogan ini, musuh-musuhnya mungkin melihat ini sebagai kesempatan terakhir untuk menjauhkan Turki pemimpin yang berbahaya, sebuah pandangan yang telah dilakukan oleh kudeta militer yang tidak begitu lama pernah terjadi.
Namun jika kudeta gagal, ini akan memberi Erdogan sebuah alasan yang rasional untuk memiliki kekuatan mengkonsolidasi. Dan terlihat bahwa kudeta ini memang gagal. Aksi percobaan kudeta dilakukan oleh kelompok kecil dalam militer, bahkan partai-partai oposisipun mengutuki aksi tersebut.
Informasi yang didapat masih belum teralu jelas, dan teralu dini untuk memprediksi hasil yang akan terjadi dari peristiwa ini. Namun akan ada kesempatan yang nyata bagi musuh-musuh Erdogan untuk menyatukan institusi-institusi di Turki di belakang Erdogan, dan memungkinkan untuk memberi Erdogan alasan yang dibutuhkannya untuk memperketat kontrol atas negaranya.
Jika kudeta gagal, Dani Rodrik dari Harvard mengatakan,"ini akan memperjelas dominasi total politik Turki oleh Erdogan. Ini akan memudahkan dia untuk mengubah konstitusi yang ia inginkan untuk membuat dirinya menjadi satu-satunya politisi yang mengambil segala keputusan di negara tersebut."
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR