Peningkatan populasi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) cukup menggembirakan. Dari 47 individu pada tahun 1970, kini populasinya menjadi 63 individu. Namun, pelestariannya kini menghadapi tantangan habitat.
WWF Indonesia menyatakan, badak Jawa menghadapi keterbatasan lahan untuk pertumbuhan populasi dan pertumbuhan langkap (Arenga obsitulia) sebagai spesies invasif.
"Manajemen habitat harus segera dilakukan dengan lebih agresif," kata Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia lewat rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (22/9/2016).
Arnold menambahkan, manajemen habitat perlu dilakukan melalui langkah-langkah pengendalian langkap yang sudah sangat menggangu habitat asli badak.
WWF menyatakan, tantangan pelestarian badak Jawa berbeda dengan badak Sumatera (Dirhinoceros sumatranus). Pada badak Sumatera, tantangannya adalah soal reproduksi.
Populasi badak Sumatera tersebar dalam grup-grup kecil. Ada hambatan ruang antar grup sehingga perkembangbiakan sulit dilakukan.
Pada badak Jawa, selain spesies invasif, badak Jawa juga menghadapi ancaman keseragaman genetik. Itu akan menurunkan kemampuan badak Jawa beradaptasi.
Ancaman lain adalah persaingan pakan dengan banteng, perburuan, dan potensi bencana alam. Ada upaya untuk memperluas habitat badak Jawa tetapi hingga saat ini belum ada solusinya.
Hari ini bertepatan dengan hari Badak sedunia. Badak Jawa dan Badak Sumatera merupakan dua di antara 5 spesies badak di dunia.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), badak Jawa dan Sumatera masuk dalam kategori kritis, selangkah lagi menuju punah. Perlu dukungan untuk konservasinya.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR