Untuk pertama kalinya, para peneliti di Amerika Serikat sukses melakukan editing gen terhadap embrio manusia. Keberhasilan ini membuka pintu menuju era baru yang kontroversial di dunia kedokteran.
Para ilmuwan menggunakan "gunting genetik" yang disebut CRISPRS-Cas9 untuk mengincar dan menghapus mutasi terkait kardiomiopati hipertrofik, penyakit jantung turunan, pada 42 embrio manusia.
Embrio-embrio tersebut hanya dibiarkan tumbuh selama beberapa hari untuk diamati perkembangannya, dan kemudian dihancurkan.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, kardiomiopati hipertrofik terjadi sekitar satu dari 500 orang. Kondisi ini menyebabkan otot jantung menebal dan dapat memicu serangan jantung mendadak.
Baca juga: Fosil Tertua Manusia di Luar Afrika Ditemukan di Israel
Hanya satu mutasi gen yang menyebabkan kondisi tersebut. Anda bisa menderita penyakit tersebut bahkan jika hanya salah satu orangtua Anda memiliki gen mutasi tersebut. Jika mewarisinya, maka seseorang berpeluang 50 persen akan mewariskannya kepada anak-anaknya.
Dalam penelitian mereka, Shoukhrat Mitalipov, investigator utama di Center for Embryonic Cell and Gene Therapy di Oregon Health Science University (OHSU), bersama rekan-rekannya, menargetkan mutasi genetik yang dapat menyebabkan sebagian besar kasus kardiomiopati hipertrofik.
Hasilnya, secara keseluruhan tim mampu memperbaiki mutasi gen pada sekitar 70 persen embrio, dan penelitian tersebut tidak menunjukkan adanya perubahan yang tidak diinginkan pada bagian lain DNA yang telah diedit.
Menimbulkan kegembiraan sekaligus ketakutan
Penelitian terbaru ini agak sensitif karena dianggap melibatkan perubahan terhadap garis germinal, yaitu garis gen yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Di satu sisi, para ilmuwan yang ingin mengeksplorasi teknik CRISPR menganggap ini sebagai kemajuan biomedis yang suatu saat nanti memberi kita pilihan untuk tidak mewariskan penyakit keturunan. Teknik ini juga bisa mengurangi jumlah embrio yang disingkirkan selama perawatan kesuburan akibat mutasi genetik yang mengkhawatirkan.
Meski tampaknya pengeditan genetik untuk penyakit masih jauh dari jangkauan, kita harus memperhatikan penelitian semacam ini, kata Sakthivel Sadayappan, direktur cabang jantung di Heart, Lung and Vascular Institute di University of Cincinnati.
"Ini sungguh menarik," kata Sadayappan, yang tak terlibat pada penelitian terbaru CRISPR. "Ini adalah masa depan."
Ukuran sampel percobaan yang kecil tentu memberikan hasil yang masih jauh dari sempurna. Tetapi Sadayappan mengatakan bahwa penelitian ini sangat layak dilakukan dan didukung. "Tentu saja studi kelayakan punya beberapa masalah, tapi itu satu-satunya cara agar sains bisa berkembang," ujarnya.
Baca juga: Badak Berambut Wol dari Zaman Es Direkonstruksi Kembali
Di sisi lain, kritikus menganggap bahwa dibutuhkan lebih dari sekadar keamanan atau bahkan khasiat untuk membuat sebuah prosedur dianggap etis.
"Ilmuwan-ilmuwan berada di luar kendali," kata George Annas, direktur Center for Health Law, Ethics & Human Rights di Boston University School of Public Health.
Menurutnya, para ilmuwan seharusnya tidak mengedit genom embrio manusia untuk alasan apapun. "Mereka ingin mengontrol alam, tetapi mereka tidak bisa mengontrol diri sendiri," pungkasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR