Setelah komunikator meninggalkan ruangan, penyembunyi atau peneliti yang pertama menyembunyikan, memindahkan makanan agar komunikator tidak melihat kegiatannya.
Lalu dalam pengujian yang lain, komunikator hadir saat penyembunyi memindahkan makanan dari wadah pertama ke wadah satunya. Tapi kedua pengujian itu, komunikator akan tetap menyuruh anjing untuk makan dari ember pertama dengan melihatnya dan mengatakan isinya enak atau bagus.
Baca Juga: Hasil Studi Beri Petunjuk Mengapa Anjing Suka Memiringkan Kepala
Hasilnya, mayoritas anjing memilih ember yang berisi makanan. Tetapi mereka baru menghampiri ember yang ditunjukkan komunikator (si pembohong), ketika komunikator itu tidak ada di ruangan saat penyembunyi mengganti lokasi makanan. Situasi dalam percobaan ini membuat kesan pada komunikator sendiri bahwa saran yang mereka sampaikan adalah kebenaran, bukan palsu.
"Karena lebih banyak anjing menolak untuk mengikuti seorang informan manusia yang tahu di mana makanan (berbeda dengan yang tidak tahu) tetapi masih menunjuk ke wadah kosong, kami pikir para anjing mungkin mengerti bahwa saran [yang diberikan] 'menipu'," terang para peneliti.
Bisa jadi, mereka menganggap saran salah yang diberikan komunikator sebagai kesalahan dengan 'niat baik', lanjut para peneliti dalam blog ringkasan penelitian mereka.
Mereka menyebut, penelitian ini menimbulkan ketidakjelasan yang kelak harus diungkap lewat penelitian. Mereka heran, mengapa banyak anjing mengikuti komunikator daripada mempercayai mata mereka sendiri dalam percobaan ini.
Padahal di percobaan pertama, komunikator selalu memnberi tahu anjing tentang kebenaran di mana makanan itu disembunyikan, yang berpeluang untuk membangun hubungan kepercayaan. Atau bisa jadi anjing-anjing itu punya alasan lain sengaja melakukannya.
"Ini sekadar spekulasi dan alasan pasti kenapa anjing membuat pilihan suboptimal di bawah pengaruh manusia masih belum diketahui," terang penulis pertama makalah, Lucrezia Lonardo dari lembaga yang sama dengan Huber.
Baca Juga: Serigala Jepang Misterius Mungkin Merupakan Nenek Moyang Anjing
Source | : | Livescience,Royal Society Open Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR