Para ilmuwan sedang bekerja keras di sebuah hutan cemara dekat desa Mimizan di barat daya Perancis. Mereka melakukan eksperimen skala besar tentang pengaruh pohon pada gelombang seismik
Basis para peneliti itu berada di bagian lain Perancis, yaitu di laboratorium ilmu kebumian ISTerre di Grenoble. Pakar fisika di institut itu menemukan sesuatu yang mengejutkan.
Dalam eksperimen yang bertujuan untuk menstimulasi guncangan di permukaan bumi, mereka menciptakan getaran pada sebuah lempengan logam yang dihubungkan dengan batang logam yang posisinya vertikal.
Pakar gempa bumi Mathieu Rupin dan Philippe Roux menemukan bahwa di titik tempat kedua benda bertemu, getaran diredam signifikan. Itu disebut area hijau. Kedua orang ilmuwan memutuskan, mengulang eksperimen dengan skala lebih besar, yaitu dengan pohon-pohon. Tujuannya untuk melihat apakah pohon bisa mengurangi perambatan getaran seismik di dalam tanah.
Sensor gelombang seismik
Awalnya tim itu menggali tanah di sekitar pohon untuk mencari tahu komposisi tanah dan kondisi fisiknya. Mereka hendak menentukan, apakah tanah menyerap getaran yang direkayasa di kawasan itu.
Pakar gempa Philippe Roux menjelaskan: "Itu tantangannya -- untuk mencari tahu apakah eksperimen di lapangan menunjukkan bahwa fenomena fisika yang kami demonstrasikan sama hasilnya, tak peduli materinya. Apakah fisika penyebaran gelombang tetap berlaku, walaupun ada perbedaan?"
Mula-mula para ilmuwan meneliti tanah dengan radar sehingga nanti mereka bisa memperhitungkan ketidakteraturan yang mereka catat. Gelombang radar menembus tanah hingga kedalaman dua meter.
Tim memasang hampir 1.000 sensor seismik ke dalam tanah, separuh di dalam hutan, dan separuhnya lagi di lahan di dekatnya. Mereka juga memasang sensor pada pohon-pohon. Philippe Guégen yang bertanggung jawab. Ia spesialis gempa bumi.
Ia biasanya menempatkan sensor pada bangunan, untuk melihat bagaimana reaksinya terhadap gelombang seismik. Dalam waktu tiga hari, semua sensor sudah ditempatkan dan dites.
Rekayasa getaran
Sekarang, yang diperlukan adalah gelombang seismik. Gelombangnya diciptakan generator getaran yang bisa diprogram dan portabel. Silinder seberat 70 kilogram bergetar sesuai kebutuhan. Tim peneliti menyebut generator portabel itu R2D2 karena sosoknya mirip robot dalam film Star Wars itu.
Tentu generator ini tidak bisa meniru sempurna getaran besar seperti saat terjadi gempa bumi. Tapi mencukupi untuk eksperimen ini. R2D2 mulai bekerja, dan sensor mengumpulkan data. Pola sebaran getaran normal dan tak terganggu apapun di lahan terbuka, tetapi berkurang drastis di dalam hutan. Jadi apakah hasil eksperimen sudah membenarkan asumsi para peneliti?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR