Namun saya semakin jatuh cinta, setelah matahari mulai naik di langit biru. Wow! Alam Banda Neira cantik sekali. Kemegahan Gunung Api menjulang percaya diri, bayangannya memantul di air laut yang berombak kecil-kecil. Gunung Api ini masih aktif, salah satu aset penting Banda Neira, sebab dari puncaknya keindahan alam Banda semakin sempurna. Untuk mendakinya, membutuhkan waktu dua jam.
Bagi yang berminat untuk snorkeling atau diving, mungkin akan tahan melakukannya berjam-jam di sini. Sebab pulau-pulau di Banda menyajikan pemandangan alam bawah laut kelas ekslusif. Mengapa begitu, karena belum nyebur saya, kita sudah bisa melihat langsung dari permukaan air berbagai terumbu karang dan biota laut lainnya. Ya karena itu tadi, airnya sangat jernih.
(Baca juga: Banda the Dark Forgotten Trail, Upaya Merawat Ingatan Tentang Sejarah Indonesia)
Tapi tunggu dulu, bukan berarti kita bisa snorkeling di pinggir laut Banda Neira. Biasanya harus melipir dulu ke Pulau Hatta, Pulau Sjahrir, Pulau Run, dan Pulau Neilaka. Di dekat Banda Neira ada sih, yaitu di lereng Gunung Api alias Lava Flow. “Kalau snorkeling ke Pulau Hatta, bisa-bisa Anda enggak mau pulang,” kata jurumudi kapal pada saya. Soalnya saat itu kami tidak sempat mengunjungi Pulau Hatta. Snorkeling hanya di sekitaran Neira saja. Itu saja sudah bikin sumringah.
Spot wajib untuk diving adalah Pulau Ai. Sama seperti spot snorkeling lainnya yang pada perairan dangkal sudah menunjukkan keindahannya, maka pulau Ai lebih lagi. Aktivitas menyelam tidak terlupakan bisa Anda rasakan di pulau-pulau Banda ini.
Untuk Island Hopping, berpindah dari satu pulau ke pulau lain, bisa menggunakan kapal motor biasa atau speed boat dengan harga sewa yang berbeda-beda. Tergantung Anda memilih kapal yang mana atau penyedia kapal yang mana. Kapal yang kami tumpangi hari itu disewa Rp1,5 juta/hari.
Intinya, Banda Neira menawarkan perjalanan wisata yang tidak biasa. Banda Neira menunjukkan kekayaan semesta yang semakin memesona dari hari ke hari. Dan terakhir, Banda Neira membuat pengunjungnya melupakan penat yang tadinya bikin kepala berat.
Saya benar-benar bisa melupakan penat dan padatnya Jakarta, selama beberapa waktu di Banda Neira.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR