Isu soal pemanasan global menjadi pekerjaan rumah bagi setiap orang. Tak terkecuali para ilmuwan yang masih terus mencoba merumuskan cara untuk melawan perubahan iklim yang terjadi di bumi.
Salah satu rencana yang sedang ramai dibicarakan adalah dengan melakukan rekayasa iklim atau geoengineering.
Beberapa ilmuwan percaya bahwa menembakkan aerosol sulfat ke angkasa akan membantu mendinginkan bumi.
(Baca juga: Apakah Pemanasan Global Benar-benar Nyata?)
Ide ini datang dari erupsi gunung berapi, di mana ketika terjadi letusan, aerosol yang terbentuk saat erupsi terlempar ke atmosfer dan menciptakan lapisan reflektif yang menghalangi sinar matahari. Bumi pun menjadi dingin karena sinar matahari terhalang.
Namun, rekayasa iklim yang disebut dengan injeksi aerosol stratosfer ternyata bisa memicu efek samping yang tidak menguntungkan bagi bumi.
Sebuah laporan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communication, mengungkapkan bahwa peledakan aerosol ke atmosfer justru akan berdampak buruk, serta menghasilkan efek yang berbeda tergantung di mana aerosol itu ditembakkan dan bagaimana aerosol menyebar.
(Baca juga: Perubahan Iklim Membuat Kadal Naga Berjanggut Jadi Lebih Bodoh)
Riset yang dilakukan oleh peneliti University of Exeter ini mensimulasikan bagaimana injeksi aerosol ke kedua belahan bumi bisa mempengaruhi iklim antara tahun 2020 dan 2070.
Peneliti juga menemukan adanya konsekuensi negatif di kedua wilayah tersebut, antara lain kekeringan dan angin topan.
Penyemprotan aerosol di belahan bumi utara, misalnya, akan menyebabkan angin topan yang lebih sedikit di Atlantik Utara, tetapi akan menimbulkan kekeringan di sub- Sahara Afrika dan sebagian India.
"Baik untuk sebagian daerah tapi akan buruk untuk bagian lain di bumi," kata Anthony Jones, peneliti yang melakukan studi ini seperti dikutip dari The Verge, Selasa (14/11/2017).
(Baca juga: Laut yang Menghangat Membuat Nemo Makin Sulit Ditemukan)
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR