Kerangka leluhur manusia purba ini diketahui berasal dari genus Australopithecus. Ia berusia 3,6 juta tahun. Rangkanya dianggap yang paling lengkap dibanding penemuan-penemuan sebelumnya. Fosil ini diberi nama ‘Little Foot’ karena penemuannya dimulai dari kerangka kakinya yang kecil.
“Ini merupakan salah satu penemuan fosil yang menakjubkan dalam sejarah pencarian leluhur manusia. Merupakan sebuah kehormatan berhasil mengungkap temuan penting ini,” kata Ron Clarke dari Evolutionary Studies Institute di University of the Witwatersrand, Johannesburg, yang menemukan rangka tersebut 20 tahun yang lalu.
(Baca juga: Little Foot Memperjelas Hubungan Antar Nenek Moyang Manusia)
Little Foot memang bukan kerangka hominin tertua yang pernah ditemukan. Gelar ‘tertua’ itu didapatkan Ardi, hominin yang tinggal di Ethiopia sejak 4,4 juta tahun yang lalu. Meskipun begitu, penemuan kerangka Little Foot adalah yang paling lengkap dan informatif. Hasil penemuannya diharapkan bisa memberikan informasi yang luas mengenai leluhur kita – bagaimana ia bergerak dan seperti apa wujudnya.
Analisis isotop dari enamel gigi fosil bahkan bisa membantu mengisi beberapa pertanyaan tentang lingkungan yang ditinggali Little Foot dan makanan apa yang dikonsumsinya.
Little Foot bertubuh kecil dan memiliki tinggi sekitar 135 sentimeter. Rangkanya menunjukkan bahwa ia berkelamin perempuan – ditentukan dari struktur panggul, wajah dan giginya. Diduga tulang-tulang yang ditemukan tersebut berasal dari gadis muda yang meninggal dan jatuh ke dalam gua di bawahnya.
Kaki Little Foot lebih panjang dari lengannya. Ini menunjukkan bahwa ia lebih menyerupai manusia dibanding primata. Dia berjalan tegak dan tinggal di atas pohon.
Ditemukan 20 tahun yang lalu
Kerangka fosil Little Foot ini pertama kali ditemukan di gua Sterkfontein, tidak jauh dari Johannesburg, 20 tahun yang lalu.
Awalnya, pada 1994, Clarke menemukan tulang kaki. Pada 1997, baru ia menemukan keseluruhan rangkanya yang berada jauh di dalam gua. Kerangka Little Foot menyatu dengan batu beton yang dinamakan breksi. Oleh sebab itu, pemisahan tulang-tulangnya memerlukan waktu yang cukup lama dan baru selesai pada 2012.
(Baca juga: Terkubur Ribuan Tahun, Kerangka Wanita Hamil Ini Ungkap Cerita Tersembunyi di Lembah Timna)
Selanjutnya, di laboratorium, sekelompok peneliti menghilangkan sisa breksi yang masih menempel pada rangka.
“Saya dan asisten bekerja sangat keras untuk membersihkan rangka dari sisa breksi. Kami juga berusaha merekontruksi kembali hingga akhirnya berhasil menjadi kerangka Little Foot yang utuh seperti sekarang,” papar Clarke.
Saat ini, para peneliti dari seluruh dunia sedang mempelajari rangka menakjubkan ini. Kemungkinan akan ada studi terbaru mengenai Little Foot di tahun-tahun mendatang.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR