Bioskop-bioskop di Arab Saudi akan kembali menayangkan film-film untuk pertama kalinya selama lebih dari 35 tahun. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengumumkan pada Senin (11/12) akan mengizinkan bioskop untuk beroperasi kembali, sebagai bagian dari reformasi sosial yang diusung pangeran muda kerajaan tersebut
Pembukaan bioskop ini adalah bagian dari sejumlah langkah reformasi Arab Saudi. Bioskop-bioskop di Arab Saudi ditutup pada 1980an, di tengah gelombang ultra konservatif di negara tersebut. Banyak ulama Arab Saudi memandang film-film Barat dan bahkan film-film Arab yang dibuat di Mesir dan Lebanon sebagai penuh dosa.
Putera Mahkota Mohammed bin Salman berusaha mendobrak dogma ultra konservatif yang sudah berjalan berpuluh tahun, dengan dukungan ayahnya, Raja Salman.
(Baca juga: Pertalian Raja Saudi dan Presiden Kita)
Menurut pengumuman pada Senin, pemerintah meloloskan resolusi yang membuka jalan untuk pemberian izin kepda bioskop-bioskop film komersial. Bioskop pertama diharapkan akan mulai menayangkan film-film pada Maret 2018.
Beberapa langkah reformasi yang didukung oleh Putera Mahkota antar lain mencabut larangan mengemudikan kendaraan bagi perempuan tahun depan dan mengizinkan konser-konser serta hiburan lainnya untuk mayoritas generasi muda negara itu. Reformasi sosial ini adalah bagian dari visi 2030 untuk mendorong konsumsi dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja.
Pengumuman ini disambut gembira oleh warga Arab Saudi yang mengekspresikan kegembiraan mereka melalui Twitter, dengan mengunggah gambar-gambar kotak popcorn dan gambar grafis orang-orang sedang menari, pingsan dan menangis. ?
"Ini berita yang spektakuler. Kami sangat terkejut," kata aktor dan produser, Hisham Fageeh.
Fageeh membintangi dan ikut memproduksi film Saudi, "Barakah Meets Barakah" oleh sutradara Mahmoud Sabbagh, yang diputar perdana di Festival Film Internasional Berlin pada February. Film yang disebut-sebut sebagai film komedi romantis pertama negara tersebut, menceritakan tentang pegawai negeri yang jatuh cinta pada seorang gadis Saudi, yang menjadi selebritas karena unggahan akun Instagramnya.
Meski bioskop-bioskop dilarang, para pembuat film dan penggemar film bisa menghindari sensor traditional ini dengan menonton film-fiom secara online dan melalui TV satelit. Banyak juga penggemar yang berkunjung ke negara tetangga seperti Bahrain dan Uni Emirat Arab hanya untuk menonton film.
Walaupun tidak ada bioskop di Arab Saudi, para pembuat film Saudi mendapatkan dukungan dari pemerintah dan pengakuan dalam beberapa tahun terakhir.
Misalnya, pemerintah mendukung festival film Saudi yang sudah tahunan berlangsung di Dhahran. Tahun ini sekitar 60 film Saudi akan ditayangkan dalam festival tersebut.
Film "Wadja" juga membuat sejarah pada 2013 dengan menjadi film Arab Saudi pertama yang masuk Academy Award, walaupun tidak dinominasikan untuk mendapat Oskar. Film ini disutradarai oleh sutradara perempuan Saudi, Haifaa al-Mansour dan syuting film seluruhnya dilakukan di Arab Saudi.
(Baca juga: UEA Larang Warganya Berbusana Tradisional di Luar Negeri)
Belum jelas apakah bioskop-bioskop akan dibagi menjadi ruang menonton terpisah untuk keluarga dan perempuan, terpisah dari penonton pria.
Kementerian Budaya dan Informasi mengatakan belum ada informasi tambahan pada saat ini, menjawab pertanyaan dari the Associated Press. Pemerintah Arab Saudi akan mengumumkan peraturan-peraturan mendetil dalam beberapa minggu ke depan.
Fageeh mengatakan dia khawatir adegan-adegan kekerasan masih akan ditayangkan di bioskop, sementara "semua jenis adegan kemesraan dan percintaan dianggap tabu dan pelanggaran moral."
Pemerintah Arab Saudi mengatakan pembukaan bioskop-bioskop akan menyumbang pendapatan sebanyak 90 miliar riyal (24 miliar dolar) untuk ekonomi dan menciptakan lebih dari 30.000 lapangan kerja pada 2030. Kerajaan itu mengatakan akan ada lebih dari 300 bioskop dengan 2.000 layar akan dibangun pada 2030.
Artikel ini pernah tayang di voaindonesia.com. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR