Nationalgeographic.co.id - Permainan papan atau board games ternyata sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Para arkeolog yang bekerja di gurun Oman menemukan permainan papan kuno dari batu di permukiman Zaman Perunggu.
Kemungkinan permainan ini dimainkan sekitar 4.000 tahun lalu. Proses penggalian di sekitar Ayn Bani Sa’dah di Lembah Qumayrah itu dipimpin oleh University of Warsaw dan Kementrian Warisan dan Pariwisata Oman.
Dilansir dari Daily Mail, papan permainan ditemukan terkubur dalam sisa-sisa sebuah ruangan. Terlihat setidaknya 13 kotak bertanda, masing-masing dengan lekukan pada bagian tengah. Piotr Bieliński seorang arkeolog berbasis di Universitay of Warsaw mengatakan temuan seperti ini jarang terjadi.
Namun, contohnya diketahui dari daerah India, melalui Mesopotamia bahkan ke Mediterania Timur. Contoh paling terkenal dari papan permainan dengan prinsip yang sama berasal dari kuburan di Ur.
Baca Juga: Penemuan Fosil 'Naga Laut' Sepanjang 10 Meter di Rutland, Inggris
Jika permainan Ayn Bani Sa’dah dimainkan seperti papan permainan dari Ur, padanan modern terdekatnya adalah permainan backgammon. Pemain yang berjumlah dua orang akan menggulingkan dadu, bertarung satu sama lain untuk memindahkan semua bidak keluar dari papan sebelum lawan.
Selain penemuan papan permainan, tim menemukan sisa-sisa menara yang sebelumnya tidak diketahui di permukiman Zaman Perunggu serta bukti peleburan tembaga. Tim juga melaporkan adanya banyak temuan sisa-sisa batu dari Zaman Besi II yang tersebar di Lembah Qumayrah.
Menurut tim gabungan Oman-Polandia, lembah pegunungan Hajar Utara mewakili beberapa wilayah Oman yang tidak dipelajari dengan baik. Sejak tahun 2015, para peneliti telah menggali di Lembah Qumayrah dan mendapati sisa-sisa dari setidaknya lima periode arkeologi yang berbeda.
Sebagai contoh, daerah di sekitar Ayn Bani Sa’dah menunjukkan jejak yang pernah ditempati selama Zaman Neolitik akhir, 4300-4000 SM, fase Umm an-Nar dari Zaman Perunggu, 2600-2000 SM dan Zaman Besi II, 1100-600 SM. Kemudian di satu lokasi, terdapat reruntuhan desa dari periode Islam Akhir ditemukan berdiri di atas sisa-sisa sebelumnya.
“Banyaknya jejak permukiman membuktikan bahwa lembah ini adalah tempat penting dalam prasejarah Oman. Ayn Bani Sa’dah lokasinya strategis di persimpangan rute yang menghubungkan Bat di selatan, Buraimi dan Al-Ain di utara, dan pantai laut Sohar di timur,” ujar Profesor Bieliński yang memimpin penggalian.
“Sepanjang rute ini ada beberapa situs utama dari periode Umm an-Nar. Jadi, kami berharap situs kami juga berada di liga yang sama,” harap sang ahli.
Baca Juga: Jejak Permukiman Mesolitik Berusia 10.000 Tahun Ditemukan di Rusia
Lebih lanjut, tim peneliti mengungkapkan penemuan terbaru melebihi apa yang mereka harapkan. Agnieszka Pieńkowska, seorang arkeolog dan spesialis Zaman Perunggu dari University of Warsaw mengatakan permukiman tersebut luar biasa.
Di tempat itu setidaknya memiliki empat menara, ada tiga menara bulat dan satu bersudut. Salah satu menara bulat tidak terlihat di permukaan meskipun memiliki ukuran besar yakni berdiameter hingga 20 meter. Fungsi dari bangunan yang ada di banyak situs Umm an-Nar ini masih perlu dijelaskan.
Sementara itu, struktur Zaman Perunggu lainnya menghasilkan artefak yang memberikan informasi tentang bagaimana situs tersebut berinteraksi dengan ekonomi lokal. Profesor Bieliński menuturkan pihaknya menemukan bukti pengerjaan tembaga di lokasi beserta beberapa benda tembaga.
“Ini menunjukkan bahwa pemukiman berpartisipasi dalam perdagangan tembaga yang menguntungkan, membuat Oman terkenal pada waktu itu. Tembaga Oman disebutkan dalam teks cuneiform dari Mesopotamia,” jelasnya.
Sebagai informasi, cuneiform adalah sistem penulisan yang digunakan di Timur Tengah kuno. Setelah ini, para arkeolog berencana untuk melanjutkan penggalian mereka di Lembah Qumayrah. Mereka juga melakukan penelitian lebih lanjut di sekitar Ayn Bani Sa’dah, dan di ujung lain lembah, Bilt, di mana lebih banyak sisa-sisa Umm an-Nar.
Source | : | britannica,Daily Mail |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR